Jumat, 20 Juni 2025

Kebenaran Tertua di Dunia

Salah satu kebenaran tertua di dunia yang tak juga dipahami manusia: 

Jika rumah tangga bermasalah, yang akan jadi korban terbesar adalah anak-anak di dalamnya. Merekalah yang akan menanggung kepedihan batin sekaligus trauma, yang sering kali terus mereka rasakan sampai dewasa.

Yang disebut "masalah dalam rumah tangga" sebenarnya bukan hanya masalah antara suami dan istri (misal perselingkuhan atau KDRT), tapi juga sikap atau perlakuan orang tua pada anak-anak, kesiapan mental dan emosi orang tua dalam memiliki dan menghadapi anak-anak mereka.

Kita sering mendengar pesan yang serupa doktrinasi, bahwa "anak-anak seperti kertas putih". Itu benar. Anak-anak yang diasuh dan dibesarkan dengan penuh cinta kasih akan tumbuh dengan cinta kasih serupa [bahkan lebih besar] pada orang tuanya.

Dan... tepat begitu pula sebaliknya.

Ada banyak orang tua di dunia ini yang sangat baik pada anak-anaknya. Itu fakta.

Tapi jangan lupakan fakta bahwa di dunia ini juga ada orang tua yang buruk, yang memperlakukan anak-anaknya dengan kejam, hingga si anak trauma sampai dewasa, dan memendam kebencian diam-diam.

Kadang-kadang kita begitu egois, dan menilai orang lain berdasarkan pengalaman diri sendiri. Karena orang tua kita baik, misalnya, lalu kita berkeyakinan bahwa semua orang tua di dunia juga sama baik. 

Itu benar-benar naif. Tidak semua anak beruntung punya orang tua yang baik.

Memang, ada kalanya orang tua memperlakukan anak-anaknya dengan sangat buruk dan kejam, semata-mata karena ketidaktahuan. 

Misalnya, karena dulu dia dibesarkan dengan kejam oleh orang tuanya, lalu dia juga memperlakukan anak-anaknya dengan kejam, dan menganggap itu hal biasa.

Tetapi, terlepas apa pun alasan dan latar belakangnya, kita menghadapi kebenaran ini: Bahwa kesiapan memiliki anak (misal pengetahuan parenting/pengasuhan) sama penting dengan memiliki anak, sebagaimana kesiapan menikah (secara mental dan emosional) sama penting dengan menikah.

Sayangnya, selama ini kita terus menerus didoktrin dengan berat sebelah. Kita disuruh-suruh menikah, tapi tidak disuruh untuk mempersiapkan diri (secara mental, emosional, sampai finansial). Kita disuruh segera punya anak, tapi tidak disuruh belajar parenting dan pengasuhan anak.

Bisa melihat bagaimana mengerikannya dampak yang ditimbulkan doktrin semacam itu? Hasil yang muncul, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, adalah kekacauan rumah tangga, KDRT, perselingkuhan, tingginya angka perceraian, sampai anak-anak yang trauma dan terluka... dan terluka.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 16 November 2022.

 
;