Semula, Galileo Galilei percaya bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, sebagaimana keyakinan umum masyarakatnya. Tapi kepercayaan itu sirna, ketika ia mengenal teleskop. Menggunakan teleskop, yang merupakan teknologi luar biasa di zamannya, Galileo akhirnya mengetahui dan menyadari bahwa Bumi hanyalah kerikil di antara Matahari yang menjadi pusat alam semesta.
Sejak itu, Galileo tahu bahwa pengetahuan atau keyakinan masyarakatnya sebenarnya keliru. Bukan Bumi yang jadi pusat alam semesta, tapi Matahari. Apa yang harus dilakukan Galileo?
Sebagai pembelajar, Galileo tahu ia harus menyatakan kebenaran yang diketahuinya, agar orang-orang menyadari kekeliruan mereka. Tetapi, kejujuran yang ia lakukan membuatnya menerima hukuman.
Galileo hanya satu di antara banyak orang lain yang menghadapi dilema serupa di berbagai zaman, dan latar belakang itulah yang lalu memunculkan aneka kode rumit, petanda dan petunjuk samar, yang sengaja dibuat orang-orang zaman kuno... untuk ditemukan orang-orang di masa depan, yang mampu memecahkannya.
Tidak selalu manusia siap menerima pengetahuan baru, karena sifat dasar Homo sapiens lebih memilih tenteram daripada gelisah, lebih memilih status quo daripada menerima kebenaran asing. Karena itu pula, Orang-Orang Tercerahkan sejak zaman dulu lebih memilih hidup di kesunyian, menyimpan pengetahuannya dalam petunjuk samar, sambil berharap petunjuk yang mereka tinggalkan bisa ditemukan orang-orang di masa depan.
Saat ini, kita bisa enteng mengatakan bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, dan tidak ada pihak mana pun yang mengamuk. Karena modernisasi dan ilmu pengetahuan pada akhirnya—mau tak mau—membuka mata manusia untuk melihat kebenaran.
Kenyataan yang kita hadapi sekarang berbeda jauh dengan kenyataan yang dulu dihadapi Galileo atau para pembelajar sezamannya. Mereka tidak/belum bisa sebebas kita hari ini, karena ada orang-orang yang merasa menjadi otoritas pemegang kebenaran, yang tak boleh digugat.
Tapi pada masa Galileo atau pada masa kini, selalu ada Orang-Orang Tercerahkan yang tak mau tunduk pada perbudakan kebodohan.