Dengan muka suntuk, bocah itu berkata, “Mbakyuku tuh jahat! Dia pacaran seenaknya, dekat dengan cowok-cowok, tanpa merasa bersalah. Tapi waktu lihat aku akrab dengan cewek dikit aja, dia marah-marah. Uhm... ya nggak terang-terangan sih, marahnya. Tapi pakai nyindir-nyindir yang bikin aku jadi serba salah.”
Dengan sok bijak, saya menghiburnya, “Sing sabar yo, Le. Mbakyuku juga kadang begitu, kok.”
Padahal saya tidak punya mbakyu.