Selasa, 25 Maret 2014

Orang yang Wajahnya Ada di Mana-mana

Demi segala demi, saya bosan melihatnya!

Saya paham dia—atau mereka—sedang berkampanye. Agar terpilih. Agar menjadi pemimpin. Tetapi justru karena itu saya jadi muak!

Mereka menghambur-hamburkan banyak uang demi bisa nampang di mana-mana, agar masyarakat mengenali wajahnya, agar rakyat memilihnya. Mereka ingin dipilih—dan, bagi saya, itulah kesalahannya. Saya tidak akan memilih pemimpin yang menggunakan segala cara demi bisa dipilih. Saya tidak akan pernah memilih siapa pun yang mati-matian berusaha agar dipilih!

Semakin kuat seseorang berusaha agar dipilih menjadi pemimpin, semakin kuat pula penolakan saya untuk memilihnya!

Saya punya pilihan sendiri, dan saya hanya akan memilih pemimpin yang tidak berkampanye, tetapi memiliki kerja nyata. Yang tidak cuma pintar berkoar-koar, tapi mengerjakan banyak hal baik dalam diam. Yang tidak pasang senyum dimana-mana, tapi menebar manfaat di mana-mana. Yang tidak berambisi memimpin orang lain, tapi selalu berusaha memimpin dirinya sendiri.

Siapa pun tidak akan bisa memimpin orang lain, sebelum mampu memimpin dirinya sendiri.

Jadi, hei orang-orang yang ingin jadi pemimpin. Lain kali, kalau ingin jadi pemimpin, mulailah berkampanye sejak jauh-jauh hari sebelum pemilu. Berkampanyelah dalam diam, tidak usah pamer, atau berusaha mencari perhatian. Berkampanyelah dengan kerja nyata, yang memberi manfaat agar bisa diingat, tapi tidak usah ribut-ribut. Berkampanyelah dengan niat baik, dengan melakukan hal-hal baik, dan tidak usah merisaukan apakah orang lain akan melihatmu atau tidak.

Dengan kampanye mulia semacam itu, maka alam semesta akan mendukungmu. Dan jika alam semesta mendukungmu, maka dua ratus juta rakyat negeri ini tidak akan mampu berpaling darimu.

Tetapi, jika kau baru berkampanye dan berkoar-koar menjelang pemilu, saya malah bosan melihatmu.

 
;