Di rumah sakit, tidak ada orang bahagia.
Seharian tadi, dari jam 6 pagi sampai malam, aku ada di rumah sakit, puluhan kali naik-turun lift, mengurus dan mengkhawatirkan keadaan adikku yang terluka akibat kecelakaan. Kini, aku baru sampai rumah, terpaksa pulang karena tubuh dan pikiran sangat lelah.
Lima hari lalu, adikku kecelakaan dan terluka parah. Dia harus menjalani operasi besar, dan kini saat kritis telah terlewati. Sejak lima hari kemarin, dan tentu hari-hari ke depan, aku harus ke rumah sakit setiap pagi, seharian berada di sana, lalu pulang dengan tubuh kelelahan.
Setiap hari melangkah ke sana kemari di rumah sakit, yang kudapati adalah orang-orang sedih—orang-orang yang anggota keluarganya sedang dirawat di sana; karena sakit, atau karena kecelakaan. Aku mendengar rintih kesakitan, kadang pula isak tangis orang-orang yang kehilangan.
Tidak ada orang bahagia di rumah sakit—setidaknya, aku belum menemukannya. Larut malam, saat aku melangkah untuk pulang, di koridor-koridor yang sepi tampak orang-orang duduk dengan kepala menunduk, sementara anggota keluarganya yang terbaring sakit mungkin mulai tertidur.
Semoga mereka memiliki ketabahan untuk menghadapi musibah yang terjadi, memiliki kekuatan untuk melewati hari demi hari, dan memiliki kesabaran untuk menerima apa pun yang terjadi.
Semoga doa dan harapan ini sampai pada mereka... dan sampai pada diriku sendiri.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 28 September 2021.