Selasa, 01 Maret 2022

Ganteng Saja Tak Pernah Cukup

Pada 1999, ada search engine populer bernama Excite yang digunakan para pengguna internet di seluruh dunia. Itu era ketika Larry Page (pendiri Google) baru menyelesaikan search engine bikinannya. Larry Page menawarkan Google ke Excite, seharga $750.000.

Bagi Excite, $750.000 hanyalah 1% dari market value mereka saat itu. Sayangnya, Excite menolak mentah-mentah tawaran Larry Page. Lima tahun kemudian, Excite diakuisisi Ask.com, dan tak terdengar lagi namanya sampai sekarang. Sementara Google tumbuh besar.

Kadang aku membayangkan, apa yang sekiranya dipikirkan para eksekutif Excite di masa kini, saat mereka menggunakan Google untuk searching di internet—sesuatu yang pernah mereka tolak mentah-mentah di masa lalu—sementara Excite yang mereka puja justru punah (atau setidaknya koma).

Hal serupa terjadi pada MySpace. Anak-anak internet jadul pasti kenal MySpace sebagai media sosial paling populer di masanya. Pada awal 2005, Chris DeWolfe, pendiri MySpace, nyangkruk dan ngobrol panjang dengan Mark Zuckerberg, yang waktu itu baru membuat Facebook (the facebook).

Waktu itu, Zuckerberg menawari DeWolfe untuk membeli Facebook, seharga 75 juta dolar. Itu tawaran serius, karena Zuckerberg dan rekan-rekannya butuh uang. Tapi DeWolfe cuma cengengesan—mungkin dia mengira Facebook tidak akan bisa mengalahkan MySpace yang waktu itu memang raksasa.

Saat mereka kembali nyangkruk di tahun yang sama (sekitar Desember 2005), Zuckerberg kembali menawari DeWolfe untuk membeli Facebook. Tapi harganya sudah naik 10 kali lipat, menjadi 750 juta dolar. Dan DeWolfe kembali menolak—sesuatu yang kelak akan sangat disesalinya sambil mimisan.

Seiring waktu, Facebook tumbuh membesar dan menjadi raksasa media sosial dengan 2 miliar pengguna. Sementara MySpace... la yamutu wala yahya, hidup segan mati pun tidak. Kondisinya sudah seperti orang koma. Sementara Zuckerberg dan DeWolfe sudah jarang nyangkruk lagi.

Kisah-kisah itu bisa menjadi ilustrasi dan pelajaran penting, khususnya bagi kaum wanita, saat didekati pria yang ingin menjalin hubungan serius. Jangan hanya menilai seorang pria dari kondisinya yang sekarang, tapi pelajari pula “potensi pertumbuhannya” di masa mendatang.

Bisa jadi, ada pria yang tampak biasa saja di masa sekarang tapi memiliki potensi pertumbuhan luar biasa di masa depan, karena punya visi jelas dalam hidup yang ia kejar dengan sepenuh jiwa. Pria semacam itu kelak (biasanya) akan memiliki nilai atau “harga” luar biasa mahal.

Hal sebaliknya juga sering terjadi. Ada pria-pria yang “tampak hebat dan menjanjikan” di masa sekarang, tapi potensinya di masa depan justru gelap atau tak bisa diramalkan. Itu mirip Excite atau MySpace—tampak hebat dan menawan di zamannya, tapi lalu punah seiring usia.

Ganteng dan trendi saja tak pernah cukup, my love. Karena hidup tak bisa dijalani hanya dengan itu, dan perutmu serta anak-anakmu kelak juga tak bisa dikenyangkan dengan penampilan gaul pasanganmu. Menikahlah dengan kesadaran, bersama pasangan yang terus tumbuh dan berkembang.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 14 Mei 2019.

 
;