Minggu, 01 Mei 2022

Agama yang Moderat

"... Sejak kecil kita memahami agama sebagai dogma, padahal ajaran-ajaran itu juga harus dikritik, terutama jika ada hal-hal yang tidak masuk akal." —Siti Musdah Mulia

Di banyak negara, pemahaman agama yang moderat memang sulit berkembang, karena pemerintah lebih senang (dan cenderung mendukung) pemahaman agama yang konservatif. Kenapa? Jawabannya sederhana, karena mereka (yang beragama secara konservatif) lebih mudah dikendalikan.

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, berencana mengurangi pelajaran agama di sekolah-sekolah Malaysia. Setahun lalu, dalam wawancara dengan Malay Mall, ia menyatakan, "Seseorang telah mengubah kurikulum di sekolah, dan sekarang sekolah negara telah menjadi sekolah agama."

Langkah Mahathir Mohamad yang mungkin ekstrem itu dilatari kenyataan bahwa terlalu banyak pelajaran agama di sekolah menjadikan "terlalu banyak orang yang merasa ahli agama". Dan saat ada banyak orang yang merasa ahli agama, yang terjadi kemudian adalah perbedaan dan perdebatan.

Yang dikhawatirkan Mahathir Mohamad sudah terjadi di Indonesia. Terlalu banyak orang yang merasa ahli agama. Dan ketika itu terjadi, bukan kemaslahatan yang tercipta, tapi justru aneka perbedaan, pertengkaran tanpa henti, dan perdebatan untuk memaksakan diri sebagai paling benar.

Saat orang-orang sibuk meributkan perkara-perkara sepele, mereka akan teralihkan perhatiannya dari perkara-perkara besar. Saat masyarakat punya masalah sendiri yang tak pernah selesai dihadapi, mereka akan terlupa pada hal-hal lain yang lebih penting untuk diurusi. You know that.

Di luar pemerintah, sebenarnya, ada pula orang-orang yang khawatir bahkan ketakutan jika pemahaman agama yang moderat berkembang di Indonesia. Karena, bagi mereka, itu akan meruntuhkan dominasi mereka, "mengacaukan tatanan sosial", melenyapkan pemberhalaan pada segelintir orang.

Omong-omong, itulah kenapa Gus Dur dari dulu dianggap memicu kontroversi, Siti Musdah Mulia dicaci-maki, Quraish Shihab dituduh macam-macam, sementara Gus Ulil sampai dikafir-kafirkan. Dan sementara itu, toa terus membahana dalam bising... dan menjauhkan kita dari aktivitas berpikir.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 15 Mei 2019.

 
;