Jumat, 20 Mei 2022

Noffret’s Note: Gofood

Kecurigaanku selama ini akhirnya terbukti.

*Nyulut udud*

Dulu, situs tirto pernah mengulas bisnis Gojek, dan tirto memprediksi bahwa yang sebenarnya diincar Gojek adalah Gopay. Dalam prediksi tirto—yang tertulis dalam artikel itu—uang yang terkumpul dari pengguna Gopay bisa dikapitalisasi untuk menghasilkan keuntungan [lebih] besar.

Tapi aku meragukan prediksi itu. Dalam pikiranku, Gojek tidak akan membiarkan Goride/Gofood dan lainnya begitu saja hanya untuk mengumpulkan uang [dan menghasilkan keuntungan] lewat Gopay. Karena itu seperti melempar umpan yang terlalu besar hanya untuk menangkap ikan kecil.

Sekarang kenyataan yang kupikirkan benar-benar terjadi. Masa bakar-bakar uang telah selesai, dan Gojek mulai mencari cara menghasilkan keuntungan. Sayangnya, cara Gojek terlalu kasar/agresif, dan terkesan mau menang sendiri, sehingga para mitra—juga pengguna/pelanggan—menjerit.

Tarif yang dikenakan Gojek pada Gofood, misalnya, sudah sampai taraf tak masuk akal—itu bukan sekadar mahal. 

Sesuatu disebut "mahal" jika yang kita terima setara dengan biaya yang kita keluarkan, dan biaya itu relatif besar. Itulah yang disebut mahal, dan itu tidak masalah.

Tapi "tarif tak masuk akal" adalah biaya yang kita keluarkan jauh lebih besar dibanding sesuatu yang kita dapat, sehingga “tidak rasional”. 

Gojek melanggar garis ini. Mereka menetapkan tarif ini dan itu, memotong komisi merchant, resto dan driver, dan hasilnya harga membengkak.

Rata-rata harga makanan di Gofood nyaris dua kali lipat dari harga aslinya, karena resto terpaksa menaikkan harga, demi bisa membayar komisi pada Gojek. Itu saja sudah mahal, dan harga mahal itu masih ditambah biaya kirim yang terus membengkak, dan biaya aplikasi yang terus naik.

Mirip Warpopski, aku punya resto langganan di Gofood. Tapi belakangan hilang, tak ada lagi di Gofood. Karena kangen masakannya, aku datangi langsung restonya, dan tanya kenapa menghilang dari Gofood. Dia bilang, “Saya kasihan sama pembeli, Mas. Harganya jadi mahal banget.”

Ocehan ini bisa panjang sekali kalau kuteruskan, tapi buat apa? Kita toh punya pilihan untuk terus menggunakan layanan Gojek/Gofood atau tidak. Dan, terus terang, aku benar-benar ingin tahu; dengan sistem semacam ini, kira-kira akan sampai kapan Gojek bakal mampu bertahan?

Kalau-kalau ada yang mau menyinyiri ocehan ini, aku perlu mengingatkan bahwa di Gofood ada semacam “kasta” (kalian yang pakai Gofood pasti tahu), dan aku telah menempati kasta tertinggi. Jadi aku tahu apa yang kukatakan sekarang.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 11 Mei 2022.

 
;