Ada banyak orang yang suka mengatakan, “Rezeki punya jalan sendiri,” atau, “Rezeki sudah ada yang mengatur.” Kalimat-kalimat itu sebenarnya benar—sebentuk upaya tawakal manusia—tapi sering disalahgunakan, hingga tidak lagi memiliki arti benar sesuai asal usulnya.
Aku percaya bahwa “rezeki sudah ada yang mengatur”, atau “rezeki punya jalan sendiri”, jika diucapkan orang yang TELAH bekerja keras. Kalau kerja saja belum, malas-malasan, lalu ngemeng “rezeki sudah ada yang mengatur”, atau “rezeki punya jalan sendiri”, itu konyol.
Kalau kita sudah bekerja keras, lalu mengatakan “rezeki punya jalan sendiri”, itu sebentuk tawakal—kebesaran hati untuk menerima apa pun hasilnya. Tapi kalau kita belum bekerja lalu mengatakan “rezeki sudah ada yang mengatur”, kedengarannya seperti dalih orang malas.
“Tapi aku benar-benar mendapat rezeki meski tidak bekerja keras!” Bagus sekali. Pertanyaannya, berapa persen atau berapa kali orang bisa mendapat “keberuntungan” semacam itu? Jawabannya jelas tidak akan terus menerus, dan itu kenyataan yang tak bisa diandalkan.
Secara pribadi, aku lebih suka—dan lebih nyaman—menjalani kehidupan dengan berpikir bahwa hidup butuh persiapan, dan bukan sekadar mengandalkan nasib baik atau keberuntungan. Salah satu persiapan penting adalah uang. Dan karena itulah aku sangat suka kerja keras.
Ada orang-orang sok bijak yang kadang mengatakan, “Uang tidak menjamin hidup bahagia, dan bla-bla-bla.” Tentu saja hak dia untuk mengatakan atau meyakini hal semacam itu. Tapi aku punya pikiran sendiri, “Kalau uangmu banyak, setengah masalah hidupmu telah selesai.”
Aku bersyukur senang bekerja. Karena dengan bekerja, aku bisa mendapat uang. Dan kalau uangmu banyak, setengah masalah hidupmu selesai. Aku telah membuktikan itu berkali-kali, ketika menghadapi gempuran masalah yang datang bertubi-tubi. Dan aku bisa terus survive.
Tanpa uang, datangnya masalah akan membuatmu panik. Tapi kalau kau punya uang, datangnya masalah tidak akan terlalu membuat panik, karena uang membantu menyelesaikan setengah masalahmu. Setengahnya lagi tinggal hal-hal kecil yang mudah ditangani.
Sebagian orang mengatakan, “Kerja tidak usah ngoyo, rezeki sudah ada yang mengatur.” Ya silakan, kalau mau begitu. Tapi aku lebih suka bekerja, sekeras yang aku bisa, karena bekerja adalah hal terbaik yang bisa kulakukan untuk menghadapi aneka masalah yang datang.