Senin, 01 Agustus 2022

Cara Mengetahui Kepribadian Seseorang

... aku juga punya metode—yang telah lama kupraktikkan—untuk tahu seperti apa orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Sebagai individu, kita pasti punya teman, dari teman dekat sampai teman-teman yang sekadar teman. Dalam banyak kesempatan, kita biasanya tidak hanya berinteraksi dengan teman dekat, tapi juga dengan teman-teman di lingkup pertemanan, sampai teman yang sekadar teman.

Jika kita ingin tahu seperti apa sebenarnya mereka—meliputi sifat, kepribadian, dan apa yang mereka katakan di belakang kita—aku punya metode yang bisa digunakan, dan telah lama kugunakan. Melalui metode ini, aku bisa memilah dan memilih mana teman dan mana bukan.

Caranya kira-kira seperti ini. Saat kita sedang mengobrol panjang (intens) dengan seseorang, tanamkan sesuatu ke dalam pikirannya—sesuatu yang bersifat negatif tentang diri kita (contohnya bisa kamu cari sendiri, yang sekiranya pas denganmu). Intinya, biarkan dia ingat.

Seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat, kamu akan tahu apakah orang tadi memang teman yang bisa dipercaya, atau sebaliknya. Karena, jika dia memang tidak bisa dipercaya, dia akan mengumbar “hal negatif” yang tadi kita tanamkan ke pikirannya, kepada orang[-orang] lain.

Dan si “orang lain” itu, biasanya, juga akan berinteraksi dengan kita, dan tanpa sadar dia akan mengungkapkan hal itu, hingga kita pun tahu, “Ooh, si anu telah berbicara buruk di belakangku.”

Apakah ini masih terdengar rumit? Sekarang izinkan aku menunjukkan caraku melakukannya.

Andaikan aku punya lima teman, dan aku ingin tahu mana di antara mereka yang bisa dipercaya dan mana yang tidak. Pada masing-masing lima teman tadi, aku akan memberitahukan “hal negatif” tentangku—sesuatu yang hanya kukatakan kepadanya, karena sebenarnya aku bohong.

“Hal negatif” yang kukatakan itu sebenarnya tidak kulakukan, tapi sengaja kutanamkan ke dalam pikirannya. 

Masing-masing lima teman tadi mendapat “hal negatif” yang berbeda-beda, yang hanya kukatakan pada masing-masing mereka. Umpamakan saja hal negatif itu A, B, C, D, dan E.

Seiring berjalannya waktu, dan ini bisa sangat lama, aku akan tahu mana di antara mereka yang bisa dipercaya, dan mana yang sebaliknya. Jika “hal negatif” A ternyata diketahui orang lain—entah di dalam atau di luar lingkup pertemanan—aku akan tahu siapa yang telah mengatakannya.

Begitu pula jika “hal negatif” yang bocor adalah B, C, D, atau E, aku akan tahu siapa pelakunya—siapa yang telah mengatakannya di belakangku pada orang lain—karena lima orang tadi mendapatkan “hal negatif” berbeda-beda. Itu seperti stempel yang kupasang di jidat mereka.

Mungkin aku berkata pada Si Z bahwa aku suka nyabu (faktanya aku tidak pernah nyabu, tentu saja). Informasi itu hanya kukatakan pada Si Z, untuk menguji kepribadiannya. Jika informasi aku “suka nyabu” bisa diketahui orang lain, aku tahu siapa pelakunya. Kira-kira seperti itu.

Teman yang sebenarnya teman tidak pernah mengatakan hal-hal buruk di belakangmu; teman seperti itulah yang kita percaya, yang benar-benar kita anggap teman. Sementara orang yang mengatakan hal-hal buruk di belakangamu... kamu tentu tak ingin berteman dengannya.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 27 Agustus 2021.

 
;