Rabu, 10 Agustus 2022

Solusi untuk 99 Persen Masalah

Omong-omong soal dompet, aku jadi ingat. Beberapa malam kemarin, aku sering mendapati tweet seputar “self healing”, dari yang serius sampai yang lucu. 

Aku juga punya resep self healing, dan self healing-ku sederhana: Uang! Maksudku, uang yang banyak!

Terdengar naif? Bodo amat!

Mungkin memang benar, uang tidak menjamin kebahagiaan. Banyak uang juga tidak menjamin hidupmu bakal terbebas dari masalah. Tapi uang memungkinkan kita untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah lebih mudah, dan itu memberi kita kebahagiaan, bahkan ketenangan batin.

September kemarin, sebuah rumah sakit di Kendal menelepon ke ponselku, “Adik Anda kecelakaan, dan sudah kami tangani. Harap Anda segera datang ke sini. Secepatnya.” 

Aku panik dan khawatir, tentu saja, tapi setidaknya punya uang untuk pergi secepatnya ke rumah sakit di Kendal.

Di rumah sakit, di Kendal, adikku terbaring penuh luka, dan aku memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit yang dekat rumah kami, agar aku mudah mengurusnya.

Pihak RS menyodorkan tagihan, dan memintaku membayar di kasir. Aku melihat nominalnya. Cukup untuk beli motor baru.

Waktu itu aku pergi buru-buru, dan di dompetku cuma ada uang cash 1 juta—uang jajan harianku. Jelas tak cukup untuk membayar tagihan RS. Tapi di dompetku ada “kartu sakti” yang bisa digunakan untuk membayar tagihan itu. Debit card!

Dompet tidak penting. Yang penting isinya.

Bayangkan bagaimana bingungnya, andai aku waktu itu tak punya uang untuk membayar tagihan di rumah sakit. Adikku akan tertahan di sana, dan setumpuk persoalan lain akan saling tumpang-tindih.

“Uang tidak menjamin kebahagiaan.” Benar sekali! Katakan itu pada kasir di rumah sakit!

Karenanya, meski mungkin terdengar naif, aku tidak malu mengatakan bahwa self healing-ku adalah uang. Setepatnya, uang yang banyak!

Karena, diakui atau tidak, 90 persen lebih masalah di dunia fana ini membutuhkan uang untuk menghadapi dan menyelesaikannya.

Kalimat “uang tidak menjamin kebahagiaan” atau semacamnya, memang benar, jika—dan hanya jika—dikatakan pada diri sendiri. Jadi, simpan saja omonganmu yang ndakik-ndakik itu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 26 November 2021.

 
;