Rabu, 01 Maret 2023

Umur Kalian Tidak Akan Cukup

Pada 2014 silam, Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan kepada para dokter dan staf medis di sebuah rumah sakit di Mumbai, bahwa bedah kosmetik sudah ada di zaman India kuno. Jadi, ribuan tahun lalu, menurutnya, orang-orang India kuno sudah operasi plastik!

Pada 2017, Satyapal Singh, menteri muda bidang pendidikan India, mengatakan bahwa pesawat terbang sudah ada sejak zaman Ramayana. Ia juga mengklaim, pesawat diciptakan pertama kali oleh orang India bernama Shivakar Babuji Talpade, delapan tahun sebelum Wright Brother membuatnya.

Setahun kemudian, pada 2018, Biplab Deb, menteri negara bagian Tripur, India, mengatakan—dan dia benar-benar serius saat mengatakannya—bahwa internet sudah ditemukan ribuan tahun lalu oleh orang-orang India kuno, dan digunakan dalam perang Bharata Yudha antara Pandawa dan Astina.

Bukan hanya mengklaim, dia bahkan bisa “menjelaskan” dengan begitu meyakinkan bahwa ribuan tahun lalu, orang-orang India kuno telah menggunakan internet, e-mail, telah menciptakan satelit, dan telah akrab dengan teknologi-teknologi canggih. Siapa itu Albert Einstein?

Ashu Khosla, ahli geologi India, menyatakan bahwa dewa Brahma menemukan dinosaurus, sekian miliar tahun lalu, dan mendokumentasikannya dalam naskah suci India kuno. Ashu Khosla menyatakan hal itu saat menyajikan makalahnya dalam Kongres Sains India ke-106 pada 2019 silam.

Daftar ini, kalau kuteruskan, masih sangat panjang, dan melibatkan nama-nama terkenal—mereka yang dihormati karena jabatan atau posisinya. Seperti presiden, menteri, ilmuwan, atau mereka yang disebut ahli di bidangnya. Jadi tidak aneh kalau orang-orang awam juga melakukannya.

Manusia sepertinya punya kecenderungan untuk mengklaim sesuatu, atau membangga-banggakan masa lalu leluhurnya, keyakinannya, dan semacamnya. Bahkan jika sesuatu yang dibanggakan itu—jika memang ada—kini telah lenyap. Dan jika tidak ada, mereka akan menciptakannya.

Memang sangat mudah mengatakan bahwa “ribuan tahun lalu, leluhurku melakukan ini dan itu”, daripada mengatakan “kita melakukannya sekarang”. Tapi kalau dipikir-pikir, setidaknya dalam pikiranku sebagai bocah, buat apa melakukan hal semacam itu? Wong hal-hal itu sudah berlalu.

Aku lebih setuju dengan Kaushik Basu, ekonom India, “Lebih penting menghabiskan waktu untuk sains, matematika, dan sastra, daripada menghabiskan waktu untuk menunjukkan bahwa 5.000 tahun yang lalu nenek moyang kita telah melakukan pencapaian sains, matematika, dan sastra."

Ocehan ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan umur kalian tidak akan cukup untuk menyimaknya. Jadi buat apa kulanjutkan? Lagian ududku sudah habis.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 26 Oktober 2021.

 
;