Sabtu, 11 Maret 2023

Wirda Mansur dan Cita-citanya yang Ndakik-ndakik

Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnnya.

Omong-omong soal Wirda Mansur dan cita-citanya yang ndakik-ndakik... 

Sambil nunggu udud habis.

Secara objektif, terlepas Wirda anak Yusuf Mansur, sebenarnya dia berhak punya impian segila atau semustahil apa pun. 

Punya impian itu kan hak masing-masing orang, terlepas sendakik-ndakik apa pun. Persoalan dia berhasil mencapainya atau tidak, itu urusan dia.

Soal Wirda, bisa jadi dia mengumbar impiannya yang gila itu semata-mata dengan tujuan agar viral, atau menjaga popularitasnya agar terus dibicarakan orang—terlepas viralnya positif atau negatif. Dan karena dia melemparnya ke publik, maka publik juga berhak bersuara.

Tiga impian Wirda yang menarik perhatianku adalah jadi tamu kehormatan (orang penting) di White House, jadi orang penting di Indonesia, dan jadi orang penting di universitas terbaik dunia. Oh, well.

Menjadi orang penting! Istimewa! Sepertinya itu impian banyak orang, ya.

Rata-rata kita mungkin membayangkan “orang penting” adalah sosok yang tampak kaya atau istimewa, dengan penampilan meyakinkan yang berbeda dengan orang lain umumnya. 

Nyatanya kita memang cenderung menghormati orang semacam itu, karena menganggapnya “tinggi” atau "terhormat".

Orang yang tampak kaya selalu dihormati di mana-mana, dan karena itulah banyak orang mati-matian ingin tampak kaya, hingga berusaha pamer apa saja. 

Orang yang tampak mewah selalu dihormati di mana saja, dan karena itulah banyak orang yang sampai ngutang demi bisa tampil mewah.

And then... itulah kelemahan dasar manusia!

Kita cenderung meletakkan rasa hormat kita pada wujud luar yang mewah, dan, seiring itu, menatap rendah orang yang tampak biasa. Karenanya, cara paling mudah untuk tahu kepribadian seseorang, tampillah sebagai bukan siapa-siapa.

Maksudku begini. Kalau kamu menaiki mobil mahal, berpenampilan mewah seperti orang kaya, orang-orang akan menghormatimu. Itu biasa.

Tapi kalau kamu naik motor butut, berpenampilan sederhana, kamu akan tahu mana orang berkepribadian baik dan mana yang buruk. 

Ini "bug" pada Homo sapiens.

Orang berkepribadian baik akan menghormatimu, terlepas seperti apa tampilan atau wujud luarmu. Orang baik semacam itu tidak peduli kamu tampak seperti miliuner atau berpenampilan seperti gembel. Dia menghormatimu karena dia orang berkepribadian baik dan terhormat. Hormatilah dia!

Sebaliknya, orang berkepribadian buruk akan menghormatimu kalau kamu tampak kaya/mewah, dan akan menyepelekan atau bahkan merendahkanmu kalau kamu tampak seperti jelata. Orang semacam itu berkepribadian buruk, sekaligus tak punya kehormatan. Aku menertawakan orang semacam itu.

Ah, ya, aku telah melakukan “eksperimen sosial” ini di mana-mana, bahkan sampai bertahun-tahun, dan akhirnya aku bisa mengenali mana orang yang benar-benar baik, dan mana yang sebenarnya buruk. 

Penampilan bisa menipu. Tapi sikapmu dalam menilai penampilan... itulah dirimu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 14-15 April 2022.

 
;