Rabu, 17 Juli 2013

Kasus Laptop yang Misterius

Nggak tahan gelisah, akhirnya keluar kamar,
bikin minum, ngerokok, nyalain laptop, buka Twitter,
dan nge-tweet curhat nggak jelas ini.
@noffret


Ini pengalaman pribadi yang ingin saya bagikan kepada kalian, agar lebih berhati-hati dalam berurusan dengan laptop, agar tidak mengalami masalah misterius—dan menjengkelkan—seperti yang saya alami baru-baru ini.

Sebenarnya, saya ingin sekali menyebutkan merek laptop bermasalah yang menjadi pangkal cerita ini, juga nama toko tempat saya membelinya. Namun, saya telah mengirim e-mail permintaan klarifikasi kepada perusahaan laptop bersangkutan, dan mereka telah menjawab serta berusaha memberikan penjelasan sehubungan dengan laptop saya yang bermasalah—meski penjelasan mereka belum tuntas. Karenanya, untuk menghargai itikad baik itu, saya tidak akan menyebut identitas apa pun dalam catatan ini.

....
....

Satu tahun yang lalu, pada Agustus 2012, saya membeli laptop baru, dengan garansi satu tahun. Semenjak membelinya, laptop itu baik-baik saja, dan saya pun senang menggunakannya. Sampai kemudian, pada bulan April kemarin, laptop itu mulai mengalami masalah. Setiap kali saya mengetik, huruf yang keluar di layar tidak sesuai dengan tombol yang saya tekan.

Saya cukup tahu, masalah itu ditimbulkan oleh keyboard. Karena masih garansi, saya pun membawa laptop itu ke toko tempat saya membelinya. Pihak toko menerima laptop itu, dan dua hari kemudian laptop saya dinyatakan sudah beres. Saya pun mengambilnya kembali, membawa laptop ke rumah, dan sejak itulah saya merasa ada yang tidak beres.

Sejak itu, saya merasakan kinerja laptop saya berbeda. Jika dulu booting-nya sangat cepat, sekarang jadi lambat. Jika dulu loading programnya bisa dibilang seketika, sekarang tidak secepat sebelumnya. Perbedaan itu sangat terasa, khususnya bagi saya yang telah terbiasa bekerja dengan laptop.

Tapi masalah rupanya belum selesai. Dua hari setelah itu, laptop itu kembali menunjukkan masalah yang sama. Setiap kali saya mengetik, huruf yang muncul tidak sesuai dengan tombol yang saya tekan. Lagi-lagi keyboard-nya yang eror. Maka saya pun kembali membawa laptop itu ke toko tempat saya membelinya.

Ketika sampai di toko, saya ditanya masalahnya apa lagi. Saya jelaskan, masalahnya sama seperti kemarin, yakni keyboard yang eror, dan kinerja laptop yang entah kenapa sekarang jadi lambat. Pihak toko menerima laptop itu, dan kali ini saya harus menunggu sampai satu bulan lebih. Saya serahkan pada 2 Mei 2013, dan laptop itu baru bisa saya terima pada 12 Juni 2013.

Pada waktu saya coba, keyboard-nya sudah beres. Tapi booting-nya masih lambat seperti semula, dan loading programnya juga tidak secepat dulu. Yang lebih menjengkelkan lagi, laptop saya telah diinstal ulang, kemudian di dalamnya dibenamkan aneka macam software dan berbagai macam game yang tidak saya minta, bahkan tidak saya butuhkan.

Perlu saya jelaskan di sini, laptop yang saya beli ini bukan laptop murahan. Dalam sebuah survai di majalah komputer, laptop ini menempati peringkat kedua sebagai laptop terawet, dan karena itu pula saya tertarik membelinya. Dalam satu iklan live-nya, perusahaan laptop ini bahkan mengundang artis terkenal untuk menginjak-injak laptop tersebut, untuk menunjukkan betapa hebatnya kualitas laptop itu. Oh, well, sekarang kalian mulai paham laptop apa yang saya maksudkan.

Dan sekarang laptop yang diklaim hebat dan awet itu ternyata tidak sehebat iklannya. Sejak itu pula, saya mulai malas menggunakan laptop itu, karena rasanya seperti menggunakan barang murahan yang tak berkualitas. Satu-satunya alasan mengapa orang mau membayar mahal untuk sebuah mainan, karena mainan itu asyik dimainkan. Saya telah membayar mahal laptop itu, tapi ternyata kualitasnya sangat menjengkelkan, tidak sesuai dengan harganya.

Sampai suatu hari, karena terpaksa, saya kembali menggunakan laptop itu untuk mengetik sesuatu, dan masalah keparat yang sama terulang kembali. Keyboard-nya eror lagi! Huruf yang muncul di layar berbeda lagi dengan tombol keyboard yang saya tekan. Demi Tuhan, laptop macam apa sebenarnya yang saya beli ini?

Jadi, pada 22 Juni 2013 kemarin, saya pun dengan dongkol kembali membawa laptop itu ke toko tempat membelinya, dan meminta agar dibereskan lagi. Dengan dongkol pula saya komplain kepada petugas servis di sana, kenapa masalah keyboard itu terus terulang lagi. Petugas servis di toko menawari, apakah laptop saya akan ditinggal, atau ditunggu. Saya memilih untuk menunggu.

Petugas servis di toko bertanya, apakah masalahnya cuma pada keyboard, atau juga pada harddisk-nya. Pertanyaan itu seperti menyiramkan bensin ke api. Karena masih memendam kedongkolan, saya pun langsung menjawab dengan jengkel, “Masalah laptop saya cuma di keyboard, jadi tolong jangan sentuh sedikit pun harddisk-nya!”

Kemudian, masih dengan jengkel, saya bertanya kepadanya, kenapa kinerja laptop saya bisa berubah, padahal masalahnya cuma pada keyboard? Petugas itu menjawab, bahwa pihak toko hanya memperantarai saja. Artinya, ketika laptop saya dibawa ke sana untuk dibetulkan, pihak toko membawanya ke layanan servis pusat perusahaan laptop tersebut. Praktisnya, dia ingin bilang, pihaknya (pihak toko) tidak tahu menahu mengenai masalah kinerja laptop saya.

Setelah itu, di hadapan saya, petugas servis di toko membetulkan keyboard laptop yang bermasalah itu. Ternyata sangat mudah, bahkan sepele. Yang ia lakukan hanya mencungkil tombol yang bermasalah, membersihkannya, kemudian memasangnya kembali. Waktu yang dibutuhkan hanya beberapa menit. Setelah itu saya diminta mencoba, dan saya lihat laptop itu sudah beres kembali. Setelah yakin laptop itu benar-benar sudah oke, saya pun membawanya pulang.

Sampai hari ini, laptop itu masih baik-baik saja.

Oke, sekarang kita lihat kembali kasus laptop ini dari awal, dan mari kita analisis untuk memperkirakan apa sebenarnya yang telah terjadi.

Ketika pertama kali laptop saya bermasalah, masalahnya hanya pada keyboard, sama sekali tidak berhubungan dengan harddisk atau mesin apa pun di dalam bodi laptop. Seperti kita lihat pada penjelasan di atas, cara membetulkan masalah itu sangat mudah, bahkan sepele, yaitu mencungkil bagian keyboard yang bermasalah, membersihkannya, kemudian memasangkannya lagi. Selesai. Tanpa bongkar mesin, tanpa instal ulang.

Pertanyaannya, ketika dulu pertama kali saya membawa laptop itu ke toko untuk dibereskan keyboard-nya, kenapa hasilnya berefek pada kinerja laptop? Saya bukan pakar laptop, tapi saya cukup tahu bahwa kinerja laptop (kecepatan booting dan loading) sama sekali tidak berhubungan dengan keyboard. Jadi, kalau laptop saya semula hanya bermasalah pada keyboard, kenapa efek perbaikannya bisa membuat kinerja laptop melambat?

Itu pertanyaan paling krusial menyangkut keanehan yang terjadi pada laptop saya. Pertanyaan lain, ketika saya membawa laptop itu kedua kalinya ke toko karena keyboard-nya bermasalah lagi, kenapa harddisk laptop saya diinstal ulang dan diisi aneka macam software serta game yang sama sekali tidak saya minta dan tidak saya butuhkan?

Petugas servis di toko tadi menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak tahu menahu mengenai hal itu, karena pengurusan servis laptop itu mereka serahkan pada layanan servis pusat, dan pihak toko hanya mengantarkan. Artinya, saya tidak bisa mempertanyakan apa pun kepadanya mengenai keadaan/perubahan laptop saya.

Karena butuh klarifikasi, saya pun mengirimkan e-mail kepada customer service perusahaan laptop tersebut, untuk meminta jawaban serta penjelasan tentang apa sebenarnya yang telah terjadi pada laptop saya. Sejak awal saya sudah menjelaskan kepada si customer service, bahwa saya akan menuliskan masalah ini di blog, sehingga jawaban apa pun yang diberikannya akan saya gunakan dalam catatan yang saya tulis.

Customer service perusahaan laptop itu butuh waktu lama sekali untuk menjawab e-mail saya, dan jawabannya tidak terlalu memuaskan. Dalam beberapa kali komunikasi via e-mail, mereka memberikan jawaban dan penjelasan yang serba singkat. Di akhir komunikasi, customer service itu menjanjikan, “Saat ini kami masih menunggu informasi lebih detail lagi dari pihak Xxxxx Xxx” (pihak yang menangani laptop saya). Namun, sampai saya menulis catatan ini, mereka belum menghubungi lagi.

Jadi, kawan-kawan, menurut kalian, kira-kira apa yang telah terjadi dengan laptop saya?

Sekarang saya akan menceritakan kasus yang sama anehnya menyangkut laptop, yang pernah menimpa salah satu kawan saya. Satu tahun sebelum saya membeli laptop yang saya ceritakan di atas, Farid—teman saya—membeli sebuah laptop baru (mereknya beda dengan laptop yang saya beli, dan toko tempatnya membeli juga beda).

Setelah membeli laptop tersebut, Farid merasakan baterai laptopnya bermasalah. Dalam brosur, baterai laptop itu disebutkan bisa bertahan hingga empat jam, sementara baterai laptop yang dibeli Farid hanya mampu bertahan maksimal satu jam. Farid pun berkesimpulan baterai laptopnya bermasalah. 

Sebenarnya, Farid punya famili yang memiliki usaha servis laptop. Namun, karena laptopnya masih bergaransi, Farid pun membawa laptopnya ke toko tempat ia membeli untuk mengadukan masalah baterainya. Petugas di toko meminta laptop itu ditinggal, dengan alasan mereka perlu memeriksa baterai laptop tersebut. Maka Farid pun meninggalkan laptopnya di sana.

Satu minggu kemudian, laptop Farid sudah beres, baterainya telah diganti. Farid pun membawa pulang laptop itu, dan tidak ada masalah. Baterainya sudah beres, dan bisa bertahan hingga empat jam sebagaimana yang tertera di brosurnya.

Sampai suatu malam, Farid bekerja menggunakan laptop itu di kamarnya. Seusai kerja, karena mengantuk, Farid mematikan laptopnya, kemudian menaruh laptop itu di lantai kamar, tepat di bawah tempat tidurnya.

Saat terbangun keesokan harinya, Farid tidak ingat dia meletakkan laptop di sana. Jadi, dalam keadaan masih mengantuk, dia pun spontan menjejakkan kakinya di lantai kamar, dan tanpa sadar menginjak laptopnya. Hanya butuh waktu beberapa detik bagi Farid untuk mendengar suara “kraaaak!” yang sangat menyakitkan, dan seketika itu juga Farid menyadari dia telah menghancurkan laptopnya.

Kantuknya hilang seketika. Dengan sangat menyesal, Farid mendapati casing laptopnya retak, dan LCD-nya hancur. Itu kerusakan yang tidak termasuk dalam garansi. Untuk membereskan laptop itu, Farid pun membawa ke tempat familinya yang punya usaha servis laptop. Dan di sanalah kemudian sesuatu yang sangat aneh mulai terkuak.

Ketika laptop Farid mulai dibongkar untuk dibereskan, famili Farid mendapati harddisk dan beberapa onderdil laptop itu sudah tidak orisinal. Farid terkejut mendapati hal itu, karena seingatnya laptop miliknya belum pernah dibongkar sama sekali. Satu-satunya waktu ketika laptop itu terlepas darinya hanya ketika ia serahkan ke pihak toko untuk diganti baterainya, tak lama setelah ia membeli.

Jadi, bagaimana bisa mesin laptop milik Farid sudah tidak orisinal, padahal itu laptop baru, yang bahkan baru beberapa bulan ia beli? Farid mencoba menanyakan hal itu pada toko tempatnya membeli, tapi pihak toko tidak memberi jawaban memuaskan. Yang jelas, satu fakta telah terkuak di sini, yaitu ada oknum—entah oknum di toko atau oknum di layanan servis perusahaan laptop tersebut—yang telah mengganti mesin laptop milik Farid, ketika laptop itu dibawa ke sana untuk diganti baterainya.

Nah, ketika saya mengalami kasus aneh sehubungan dengan laptop (sebagaimana yang saya ceritakan di atas), mau tak mau ingatan saya tertuju pada kasus yang menimpa Farid. Kasus yang sama misteriusnya—kasus tentang laptop mahal yang ternyata menyimpan misteri di dalamnya.

In the end, sebagian dari kalian pasti memiliki laptop. Terlepas dari masalah yang saya ceritakan, saya harap kisah ini bisa kalian ambil hikmahnya.

 
;