Bocah-bocah berkumpul di ruangan itu, sebagian lelaki, sebagian perempuan. Sebagian sudah saling kenal, sebagian masih asing satu sama lain. Sebagian tergolong terkenal karena sering muncul di televisi, sebagian lagi lebih sering menonton mereka di televisi. Dan saya ada di antara mereka.
Di tengah keriuhan itu terdengar seorang bocah berteriak, “Eh, gila, Twitter-ku di-follow SBY!”
Bocah-bocah lain segera menujukan perhatian pada bocah tadi. Seseorang memastikan, “Twitter-mu di-follow SBY? Bener?”
“Iya, aku juga nggak nyangka!” jawab bocah-yang-di-follow-SBY.
“Wah, keren!” ujar bocah lain. “Aku juga mau follow kamu, ah!”
Lalu bocah-bocah lain menimpali, “Iya, aku juga mau follow kamu! Kalau SBY aja follow kamu, berarti kamu emang layak di-follow!”
Bocah-yang-di-follow-SBY senyum-senyum, wajahnya sumringah. Tampak sekali bocah-bocah di ruangan itu akan segera menjadi follower-nya di Twitter.
Di antara keramaian itu, saya berkata pada bocah pendiam yang duduk di samping saya, “Twitter-mu di-follow SBY?”
Dia menggeleng. “Nggak.”
“Bagus!” ujar saya. “Aku akan follow kamu.”