Minggu, 21 Juli 2013

Seleb Twit atau Seleb Copas?

Yang menjengkelkan di Twitter adalah mendapati
tweet kita ditulis ulang tanpa menyertakan username.
Me-retweet beda dengan mencuri.
@noffret

Hal itu saya alami juga berkali-kali.
@jokopinurbo

Biasanya kalau nemu yang begitu, njenengan gimana Mas?
Negur orangnya, atau diemin aja?
@noffret

Pernah saya sentil. Selebihnya saya diamkan. Malah orang lain
yg negur. Sebaiknya memang diperingatkan, mas.
@jokopinurbo


Salah satu hal buruk yang tumbuh subur di Twitter adalah budaya copas, alias copy-paste, alias maling tulisan orang lain. Munculnya orang-orang terkenal di Twitter, atau biasa disebut seleb twit, rupanya melahirkan keinginan yang sama bagi banyak orang lain, dan beberapa orang yang “kebelet jadi seleb twit” itu pun kemudian menghalalkan segala cara, yang salah satunya mencuri tweet orang lain.

Sudah tak terhitung banyaknya kasus ini terjadi di Twitter, hingga membahas masalah ini jadi terkesan klise. Tetapi ini masalah serius, karena mengandung unsur kejahatan, sehingga kita tidak bisa membiarkannya. Sebagaimana di dunia nyata, pencuri atau maling adalah penjahat, dan kita pasti menangkapnya jika ketahuan. Begitu pun di dunia maya, khususnya di Twitter. Keberadaan para maling juga merugikan orang yang menjadi korban.

Oh, well, tentu saja tidak salah jika ingin menjadi seleb twit. Itu hak masing-masing orang. Tetapi menjadi seleb twit tidak berarti menjadi pencuri atau penjahat. Orang-orang yang sekarang terkenal sebagai seleb twit memiliki banyak follower karena tweet-tweet mereka bagus, bermanfaat, dan orisinal. Karenanya, syarat mutlak untuk menjadi seleb twit adalah memenuhi kualifikasi itu, dan bukannya sibuk mencuri tweet-tweet bagus milik orang lain.

Saya terpaksa menulis catatan ini, karena sudah jengkel luar biasa mendapati banyaknya tulisan saya yang di-copas di Twitter. Sudah sejak lama saya sering mendapati orang meng-copas tulisan saya di timeline-nya, dan saya terus menyabar-nyabarkan diri. Biasanya, kepada mereka yang meng-copas, saya tegur baik-baik, dan biasanya mereka sadar, minta maaf, lalu menghapus tulisan saya di timeline mereka. Sejak itu pun mereka tidak melakukannya lagi.

Betapa pun juga, meng-copas tulisan orang lain kemudian ditulis di timeline kita tanpa menyebutkan sumbernya, adalah mencuri. Karenanya, meng-copas sama dengan mencuri. Itu kejahatan. Karena kejahatan, pihak yang menjadi korban tentu merasa dirugikan. Karena dirugikan—apalagi jika dirugikan terus-menerus—tentu wajar kalau mereka marah.

Itulah yang sekarang terjadi pada saya. Sekarang saya sedang marah, dan saya menulis catatan ini dalam keadaan marah. 

Baru-baru ini, ada orang yang meng-copas tulisan-tulisan saya, baik tulisan di blog maupun di Twitter. Dan yang di-copas banyak sekali. Ketika mengetahui hal itu, saya menegur pelakunya baik-baik, berharap dia sadar. Tapi dia tidak sadar. Jangankan sadar dan minta maaf, dia cuek saja. Tulisan-tulisan saya yang dicurinya masih saja ada di timeline-nya. Yang lebih gila lagi, dia masih terus mencuri tulisan-tulisan saya lagi tanpa merasa bersalah.

Sebagai manusia biasa, saya tentu punya batas kesabaran. Dan menghadapi pencuri tak tahu diri sangat menguras kesabaran. Kalau milikmu dicuri oleh maling, kemudian diakui sebagai miliknya, tentunya wajar kalau kau marah. Kalau si maling sudah ditegur tapi tidak mau sadar, dan malah terus mencuri milikmu tanpa malu, tentunya sangat wajar kalau kau marah-marah pada maling bangsat itu.

Kata-kata dan tulisan—dalam apa pun bentuknya—adalah hak milik penulisnya. Itu bahkan hak milik yang secara otomatis dilindungi undang-undang bernama Hak Cipta. Kalau kita mengambil (meng-copas) tulisan orang lain di blog, atau di Twitter, lalu kita tulis di timeline kita tanpa menyebutkan sumber atau pemiliknya, maka kita telah melakukan pencurian atas hak milik orang lain. Karenanya, pelaku copas adalah maling atau pencuri.

Ada keparat sok pintar yang berdalih, “Selama yang punya tweet atau tulisan gak keberatan, apa salahnya di-share ke orang lain?”

Itu logika tolol yang hanya keluar dari otak idiot yang lebih menyedihkan dari otak udang. Sesuatu disebut “mencuri”, karena perbuatan itu dilakukan tanpa sepengetahuan pemiliknya. Kalau pemiliknya tidak tahu miliknya dicuri, bagaimana kita bisa yakin dia tidak keberatan? Faktanya, saya keberatan tulisan saya dicuri orang lain, dan saya marah akibat pencurian itu.

Orang mungkin menyangka internet adalah dunia maya yang tidak jelas, sehingga di internet bisa bebas melakukan apa saja, termasuk mencuri tulisan orang lain. Salah! Internet justru dunia yang sangat sempit dan sangat jelas. Di internet, kita bisa melacak apa pun, termasuk melacak para maling yang telah mencuri tulisan kita. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi siapa saja yang telah mencuri tulisan-tulisan kita. Mudah, sangat mudah.

Di Twitter, misalnya, kita bisa menggunakan aplikasi Who Stole My Tweet. Melalui aplikasi ini, kita bisa memantau siapa saja yang telah meng-copas tulisan-tulisan kita, dari waktu ke waktu. Kapan pun tulisan kita dicuri, kita akan tahu, tak peduli jika pencurinya memproteksi atau mengunci akun Twitter-nya.

Begitu pula di blog, ada banyak cara untuk melacak keparat mana saja yang telah mencuri tulisan-tulisan kita. Pendeknya, mencuri di dunia maya jauh lebih sulit dibanding mencuri di dunia nyata. Begitu pun, para maling di dunia maya lebih mudah ketahuan daripada para maling di dunia nyata.

Karena itu, pikirkanlah sejuta kali sebelum nekat mencuri tulisan orang lain, karena itu sangat mudah ketahuan. Jika tujuanmu adalah menjadi seleb twit, tapi kau mencuri tulisan orang lain demi tujuan itu, maka kau sedang mempermalukan diri sendiri. Bukannya terkenal jadi seleb twit, kau akan terkenal jadi seleb copas. Oh, well, sepertinya tidak ada yang lebih hina daripada itu.

Dan sekarang, gara-gara kasus ini pula, saya memutuskan untuk membuka akun Twitter saya yang semula diproteksi. Orang-orang yang mencuri tulisan-tulisan saya mungkin mengira saya tidak akan tahu karena akun saya terkunci. Karenanya, saya pikir, membuka akun Twitter bisa menjadi semacam “peringatan” bagi siapa pun yang masih nekat ingin mencuri.

So, mulai sekarang, karena akun Twitter saya sudah tidak terproteksi, kalian bisa leluasa me-retweet tulisan-tulisan saya, tanpa harus mencuri. Ingat, me-retweet beda dengan mencuri.

Selain itu, karena akun saya sudah tidak diproteksi, kalian juga bisa mem-follow, tanpa harus masuk list. Omong-omong, list “permintaan follower baru” di akun saya saat ini sudah mencapai 4.700-an. Jari-jari saya pasti akan kram kalau harus meng-accept semuanya satu per satu.


Akhir kata, sampai ketemu di Twitter. Jangan segan jika ingin menyapa atau mencolek saya. Tak perlu khawatir, saya tidak menggigit. Oh, well, kadang-kadang saya menggigit juga, kalau sedang pengin. Abaikan.

 
;