***
Dalam tataran pemikiran yang lazim, nafsu seks adalah modal manusia untuk tertarik pada lawan jenis, saling jatuh cinta, untuk kemudian berpasangan dan berketurunan. Karena itu, nafsu seks yang besar bukan masalah bagi orang dewasa yang telah matang jiwa raga, serta telah siap untuk menikah, sehingga bisa menyalurkan nafsu seks pada pasangannya. Tetapi, sekali lagi, kita terbentur pada pertanyaan, “Mengapa nafsu seks yang besar justru ada di tangan remaja?”
Para remaja, kita sama-sama tahu, adalah manusia yang belum matang. Mereka masih labil, belum bisa bersikap dan berbuat bijaksana, bahkan belum siap untuk menikah dan memiliki pasangan. Kenapa mereka dianugerahi nafsu seks yang sedemikian besar sekaligus kemampuan untuk melakukannya? Untuk apa, atau apa manfaatnya, kemampuan serta nafsu seks itu bagi remaja?
Saya kerap kali membayangkan. Jika para remaja tidak dianugerahi nafsu seks yang begitu besar, maka semua kerusakan yang terjadi di dunia remaja dapat dihilangkan, atau setidaknya ditekan. Penjualan film bokep, pembuatan video porno amatir, hingga kenakalan-kenakalan lain yang biasa terjadi di dunia remaja, semuanya hampir bisa dijawab karena dilatarbelakangi nafsu seks mereka. Bahkan, saya curiga, sekian banyak aktivitas tawuran antara remaja juga dilatarbelakangi libido mereka yang masih menggelegak.
Sigmund Freud bahkan menyatakan semua aktivitas yang dilakukan manusia didasari oleh libido. Libido, yang dimaksud Freud, tentu nafsu seks. Dan saya pun sepakat dengannya, bahwa film-film bokep, aktivitas pacaran, sampai keasyikan telanjang dan ngomongin hal-hal berbau seks, didasari oleh libido yang kita miliki. Tetapi, rupanya Freud telah memikirkan hal itu secara lebih mendalam. Ia menyebut “semua aktivitas”. Artinya, bagi Freud, segala macam aktivitas manusia—dari bangun tidur sampai mau tidur lagi—didasari oleh libido.
Pernyataan Freud itu pernah membuat saya tidak bisa tidur. Freud adalah salah satu pemikir—khususnya dalam bidang psikoanalisa—paling hebat yang pernah dimiliki planet ini. Karenanya, statemen yang pernah keluar dari mulutnya, atau yang pernah ditulisnya, tentu bukan statemen main-main. Dan jika Freud menyatakan “semua aktivitas” manusia didasari oleh libido, maka tentunya Freud memiliki dasar bagi pernyataan itu. Tapi apa dasarnya…?
Pencarian saya untuk pertanyaan-pertanyaan di atas kemudian membawa saya pada sesuatu yang disebut “transmutasi seks” (sex transmutation). Dan, sejauh ini, transmutasi seks itulah satu-satunya jawaban yang saya anggap paling masuk akal untuk menjawab alasan mengapa alam semesta menganugerahi nafsu seks yang besar kepada manusia, khususnya para remaja.
Transmutasi adalah “perubahan atau pemindahan suatu unsur atau suatu bentuk energi, menjadi unsur lainnya”. So, transmutasi seks adalah pengalihan energi seks untuk mewujudkan energi lainnya.
Energi seks adalah energi yang besar. Ia laksana air yang mengalir deras. Jika aliran itu dibiarkan, ia akan mengalir ke mana-mana. Jika dibendung, aliran air itu mungkin akan berhenti sesaat, tetapi kemudian pada akhirnya akan membludak. Satu-satunya cara terbaik untuk menangani aliran air deras itu adalah mengubahnya menjadi energi. Misalnya menjadikannya energi listrik bertenaga air.
Nah, transmutasi seks tak jauh beda dengan itu. Jika nafsu seks dibiarkan, ia akan mengalir kemana-mana—ke bokep, ke pacaran, ke video porno, dan lain-lain. Jika dibendung, nafsu seks mungkin akan tertahan sebentar, tetapi pada akhirnya ia akan meledak dan membludak keluar. Satu-satunya cara sehat menangani nafsu seks adalah mentransmutasikannya ke hal-hal lain.
Napoleon Hill, dalam Think and Grow Rich, menulis deskripsi penting mengenai hal tesebut. “Hasrat keinginan seksual,” tulis Napoleon Hill, “adalah yang paling kuat di antara semua keinginan manusia. Jika terdorong oleh keinginan ini, manusia bisa mengembangkan imajinasi yang paling tajam, keberanian, kekuatan kemauan, ketekunan, dan semua kemampuan kreatif yang tidak mereka ketahui pada saat-saat lainnya. Sedemikian kuat dan berpengaruhnya keinginan untuk kontak seksual, sehingga manusia begitu berani mempertaruhkan jiwa dan reputasi untuk memenuhinya. Kalau dikendalikan dan diarahkan kembali sepanjang jalur yang lain, kekuatan yang memberikan motivasi ini menjaga semua atribut ketajaman imajinasi, keberanian, dan sebagainya, yang bisa digunakan sebagai daya kreatif yang kuat dalam kesusastraan, seni, atau dalam profesi lainnya, yang tentu saja termasuk pengumpulan kekayaan.”
Ketika menulis buku Think and Grow Rich, Napoleon Hill mempelajari kehidupan ribuan orang kaya dan berhasil di dunia ini secara langsung—melalui observasi dan wawancara-wawancara. Dan ia menemukan, sebagaimana yang ditulisnya dalam buku tersebut, “Orang-orang yang telah mencapai prestasi tertinggi adalah mereka yang hakikat seksualnya telah berkembang begitu tinggi, yaitu orang yang telah mempelajari seni transmutasi seks.”
Di dalam bukunya tersebut, Napoleon Hill bahkan memberikan contoh siapa saja tokoh-tokoh hebat dunia ini yang berhasil mencapai prestasi gemilang karena kemampuan mereka melakukan transmutasi seks. Dalam penelitian Hill, beberapa tokoh itu adalah Thomas Alva Edison, Thomas Jefferson, George Washington, William Shakespeare, Ralph Waldo Emerson, Abraham Lincoln, Enrico Caruso, Woodrow Wilson, Elbert Hubbard, hingga Andrew Jackson. (Jika belum kenal nama-nama itu, silakan lacak mereka di Google atau Wikipedia).
Bahkan—kali ini menurut Sigmund Freud—kemampuan hebat yang dimiliki Leonardo DaVinci, sehingga ia dikenal sebagai manusia paling genius di muka bumi, juga karena didasari kemampuan Leonardo dalam mengubah nafsu seksnya menjadi energi untuk berpikir.
Jadi, mengapa nafsu seks yang amat besar dianugerahkan kepada para remaja? Sekarang saya mulai melihat kerangka yang dirahasiakan alam semesta.
Jika nafsu seks yang besar diberikan pada orang dewasa atau orang-orang tua, hal itu sudah tak hebat lagi, karena mereka bisa menyalurkannya dengan mudah pada pasangannya. Nafsu seks yang amat besar sengaja dianugerahkan kepada para remaja, agar mereka mencari cara menyalurkan nafsu itu kepada hal lain yang tak ada hubungannya dengan seks. Jika mereka berhasil menemukannya, mereka akan mencapai kehebatan dan kebesaran tak terbayangkan.
Seks adalah energi terbesar yang dimiliki manusia. Dan sekarang saya tahu, bahwa energi itu tidak dianugerahkan alam semesta kepada manusia untuk urusan kawin semata-mata, tetapi juga ditujukan untuk sesuatu yang tidak kalah mulia, yaitu untuk mencapai takdir rahasia yang disembunyikan dari pemiliknya, untuk menggapai puncak tertinggi yang dapat diraih seorang manusia.