Kamis, 04 April 2013

Curcol Kutu Buku (1)

Selalu ada hal baru yang kita dapatkan
ketika membaca buku yang bagus. Bahkan
meski kita telah membacanya berulang-ulang.
@noffret 


Bersama seorang kawan, saya melangkah memasuki toko buku yang ada di sebuah swalayan besar. Begitu memasuki pintu toko, mata kami seketika diserbu oleh buku bersampul sama, dengan judul yang sama. Buku-buku itu dipajang nyaris di semua tempat yang bisa terlihat oleh pengunjung. Maklum saja, buku itu memang sedang menjadi bahan pembicaraan banyak orang, di dunia nyata maupun dunia maya.

Teman saya bertanya, “Kamu udah baca buku itu?”

“Belum,” saya menjawab, “dan mungkin nggak akan baca.”

Dia penasaran. “Kenapa?”

“Karena buku itu terlalu diiklankan.”

Teman saya tertawa sumbang, karena heran. Saya diam saja, dan memaklumi. Bagi teman saya—yang bukan kutu buku—jawaban saya mungkin terdengar aneh. Dan saya merasa tidak perlu menjelaskan kepadanya panjang lebar, karena bisa jadi dia tetap tidak paham.

Sekarang, ketika menulis catatan ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa tidak semua pembaca akan memahami maksud saya. Tapi biarlah. Anggap saja ini curcol seorang kutu buku. Seperti penggemar atau penggila apa pun, hanya sesama penggemar dan penggila yang biasanya lebih bisa saling memahami.

Ehmmm….

Entah mengapa, saya tak pernah tertarik pada buku-buku yang “terlalu terkenal”, khususnya yang terkenal karena terlalu diiklankan atau dipromosikan. Semakin sebuah buku diiklankan, semakin sebuah buku digembar-gemborkan semua orang, itu menjadi tanda bagi saya untuk tidak perlu membacanya. Karena, berdasarkan pengalaman, saya lebih sering kecewa dengan buku-buku semacam itu.

Buku, bagi saya (dan tentunya bagi para kutu buku lain) tak jauh beda dengan soulmate. Kami memilih untuk membeli dan membaca sebuah buku, bukan karena buku itu terkenal, bukan karena buku itu sering dipromosikan, bukan pula karena buku itu digembar-gemborkan banyak orang. Kami memilih sebuah buku… karena kami memang ingin memilihnya!

Dalam hal buku, para kutu buku sangat berbeda dengan para pembaca pemula yang dapat dicekoki atau bahkan dimanipulasi oleh promosi yang jor-joran. Para pembaca pemula mungkin dapat termakan rayuan iklan. Tapi para kutu buku tak terpengaruh oleh iklan atau bahkan histeria.

Saya tidak bermaksud menyatakan bahwa iklan bagi suatu produk (khususnya buku) tidak penting. Bagaimana pun, iklan diperlukan untuk mengenalkan produk baru, agar masyarakat tahu. Tetapi, ada perbedaan yang amat penting antara buku dengan produk lain, khususnya bagi para kutu buku. Tidak seperti produk-produk lain, buku adalah sesuatu yang kita konsumsi secara hening.

Lanjut ke sini.

 
;