Bocah pertama berinisial HM, bocah kedua berinisial FR. Bocah-bocah itu punya interest terhadap Wikipedia, tapi mungkin kurang gaul. Konon, keduanya memang terlahir sebagai autis—meski dulu istilah autisme belum seterkenal sekarang. FR telah menulis lebih dari 400 artikel untuk Wikipedia, sedang HM lebih banyak melakukan pembenahan dan penyempurnaan terhadap artikel-artikel di sana.
Suatu hari, HM berkata pada FR, “Eh, ternyata Wikipedia juga punya akun Twitter, lho.”
FR tidak terkejut. Sepertinya, di dunia ini tidak ada yang mampu membuatnya terkejut. Dia hanya menatap sahabatnya, dan menyahut perlahan, “Iyakah?”
“Iya. Coba tebak, berapa follower-nya.”
“Sepuluh juta?”
HM tertawa. “Kamu pasti sedang ingin berlebihan.”
“Baiklah,” sahut FR. “Uhm... enam, tujuh juta?”
“Terlalu banyak.”
“Empat? Lima juta?”
“Masih terlalu banyak.”
“Masak sih, segitu terlalu banyak? Hmm... berapa, ya? Tiga juta?”
“Coba turunkan lagi.”
“Satu juta?”
HM menggelengkan kepala.
FR akhirnya kesal. “Baiklah. Setengah juta?”
Sekali lagi HM menggelengkan kepala.
“Oh, hell, tiga ratus... dua ratus ribu?”
“Masih terlalu banyak.”
“Seratus ribu?”
“Tidak sebanyak itu.”
FR menatap sahabatnya dengan muka datar, kemudian berkata, “Kamu pasti sedang bercanda, kan? Setiap hari, Wikipedia dikunjungi ribuan orang—oh, hell, jutaan orang, dari seluruh dunia. Kalau benar Wikipedia punya akun Twitter, tentu follower-nya jutaan, kan?”
“Tapi kenyataannya tidak seperti itu.”
“Baiklah, coba sebutkan.”
“Jumlah follower Wikipedia di Twitter cuma delapan puluh ribuan.”
“Kamu pasti bercanda.”
“Tidak.”
FR menatap sahabatnya dengan serius, kemudian berkata, “Coba kuulangi. Follower Wikipedia di Twitter cuma delapan puluh ribuan?”
HM mengangguk. “Afirmatif.”
“Bagaimana bisa seperti itu?”
“Aku tidak tahu.” Kemudian, setelah terdiam sesaat, HM melanjutkan, “Dan kamu ingin tahu berapa jumlah follower Wikipedia Indonesia di Twitter?”
“Coba katakan.”
“Cuma dua ribuan.”
“Oh, God...”
“Sulit dipercaya, kan?”
“Bagaimana bisa seperti itu?”
“Aku tidak tahu,” ulang HM, kali ini dengan muka agak kesal. “Kalau bocah-bocah yang tweet-nya seperti orang mengigau bisa memiliki puluhan ribu bahkan ratusan ribu—oh, hell, jutaan—follower di Twitter, rasanya miris menyaksikan Wikipedia yang hanya memiliki dua ribuan follower.”
“Aku ingin menangis,” sahut FR dengan sungguh-sungguh.
Keduanya terdiam.
Lalu HM mengeluarkan rokok, dan menyulutnya. FR ikutan menyulut rokok dan mengisapnya. Asap yang keluar dari mulut mereka seperti membentuk bundaran mirip logo Wikipedia. Dengan bungkahan terbuka di bagian atasnya.
“Aku jadi ingat sesuatu,” ujar HM perlahan-lahan sambil mengembuskan asap rokoknya.
“Ya...?” FR menatap bocah di depannya.
“Seseorang pernah menulis di blognya, bahwa Twitter telah menjungkirbalikkan logika, bahkan kewarasan sebagian orang.”
“Kedengarannya dia sendiri seperti tidak waras, kalau sampai berpikir sejauh itu,” komentar FR.
“Mungkin,” sahut HM sambil menahan senyum. “Tapi kalau melihat kenyataan yang terjadi pada Wikipedia di Twitter, tampaknya memang begitu.”
“Boleh minta alamat blognya?”
“Kamu bisa membacanya di sini.”