Bagi pemerintah, kenaikan BBM hanya statistik.
Bagi rakyat, kenaikan BBM adalah urusan hidup dan mati.
—Twitter, 18 November 2014
Aku sih tidak masalah harga BBM naik, toh aku masih bisa
membeli. Tetapi negeri ini tidak hanya dihuni diriku sendiri.
—Twitter, 18 November 2014
Bukan kenaikan harga BBM yang kurisaukan.
Tetapi makin mahalnya harga kebodohan,
itulah yang paling kukhawatirkan.
—Twitter, 18 November 2014
Jadi, omong-omong, yang tempo hari berjanji
tidak akan menaikkan harga BBM itu siapa sebenarnya?
Entah kenapa kok aku lupa.
—Twitter, 18 November 2014
Demokrasi, kalau dipikir-pikir, adalah sarana memuja
sambil menipu diri sendiri, dan yang dipuja
pelan-pelan kehilangan nurani.
—Twitter, 18 November 2014
Berganti-ganti topeng, pemerintah tetap punya
wajah yang sama. Sayangnya, rakyat terlalu bodoh
hingga selalu terlambat menyadarinya.
—Twitter, 18 November 2014
Membandingkan harga BBM dengan harga kopi Starbuck
itu naif sekaligus konyol. Tidak semua konsumen BBM
juga menenggak kopi di Starbuck.
—Twitter, 18 November 2014
Yang paling terkena dampak kenaikan BBM bukan kita
yang punya mobil atau motor. Tapi justru mereka
yang tidak pernah punya mobil atau motor.
—Twitter, 18 November 2014
Di hadapan penderitaan orang-orang miskin,
yatim, dan jelata, sebaiknya kita tidak usah
bertingkah sok kaya. Itu menyakiti perasaan mereka.
—Twitter, 18 November 2014
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.