“Aku ingin sekali bertemu denganmu.” |
Oh, well, siapa yang tidak? Yang masih jadi persoalan,
kenapa aku juga ingin bertemu denganmu?
—@noffret
Oh, well, siapa yang tidak? Yang masih jadi persoalan,
kenapa aku juga ingin bertemu denganmu?
—@noffret
Saya sibuk. Sebegitu sibuk, hingga saya hanya tidur 2 sampai 4 jam setiap hari. Itu pun tidak teratur. Kadang saya tidur pagi hari, sekitar pukul 7 atau 8, lalu bangun tiga atau empat jam kemudian. Kadang saya tidur pukul 2 dini hari, lalu bangun pukul 4 atau 5 pagi. Kadang pula saya bisa tidur agak sore, pukul 23 atau jam sebelas malam, lalu bangun pada pukul 3 atau 4 dini hari.
Intinya, saya hanya tidur jika tubuh sudah sangat lelah, dan pikiran sudah tidak bisa diajak bekerja. Dalam keadaan tertentu, saya bahkan tidak tidur sama sekali sampai dua hari dua malam, atau lebih lama lagi. Kehidupan saya jauh dari kata “teratur”, dan saya menyadari gaya hidup yang saya jalani tidak bisa dibilang sehat.
Di luar tidur, saya nyaris tak pernah berhenti melakukan banyak hal, mengerjakan banyak urusan. Selama sibuk itu, saya sering lupa makan, lupa mandi, lupa banyak hal. Jika pikiran tidak terlalu kusut, saya keluar rumah sehabis maghrib untuk membeli makanan, dan itu satu-satunya waktu ketika saya keluar rumah. Kalau saja bisa, sebenarnya saya tidak ingin keluar rumah sama sekali!
Mengapa saya tidak suka keluar rumah? Karena hanya buang-buang waktu! Saat keluar rumah, saya harus melewati jalanan yang sering macet, dan saya harus menghabiskan cukup banyak waktu.
Begitu pun dengan tidur. Saya tidak terlalu suka tidur, karena tidur hanya menghabiskan waktu! Karenanya pula, saya sering menyesali diri sendiri gara-gara terlalu lama tidur—biasanya karena tubuh sangat kelelahan, sehingga tidur terlalu lelap. Intinya, kalau saja bisa, saya tidak ingin tidur sama sekali, karena cuma buang-buang waktu!
Jika untuk tidur saja saya sudah merasa membuang-buang waktu, apalagi untuk hal lain yang sama sekali tidak penting?
Ada banyak hal yang harus saya lakukan, ada banyak hal yang harus saya kerjakan, dan saya tidak sudi membuang-buang waktu untuk hal-hal tidak jelas. Dan hal-hal yang saya kerjakan sangat banyak. Sebegitu banyak, hingga saya tidak punya keinginan apa pun dalam hidup, selain hanya keinginan menyelesaikan yang sedang saya kerjakan. Dalam hal itu, saya bahkan berkejaran dengan waktu.
Sekarang, cobalah letakkan posisimu pada posisi saya. Bayangkan kau menjalani hidup yang terus berpacu, dengan segala kesibukan dan tumpukan pekerjaan yang menggunung, sampai kau tidak punya waktu untuk istirahat, sampai kau lupa makan dan lupa mandi, dan lupa hal lain. Sudah membayangkan semua itu...?
Nah, sekarang bayangkan, suatu hari ada orang tidak jelas yang mengajakmu ketemuan. Kau tidak mengenalnya, selain hanya lewat internet. Dan orang tidak jelas itu mengatakan, “Aku ingin bertemu denganmu.”
Kira-kira, dengan segala kesibukan dan pekerjaanmu yang menggunung, dengan kehidupan yang terus berpacu dengan waktu, bagaimana reaksimu saat mendengar ajakan dari orang tidak jelas semacam itu?
....
....
Saya menulis di blog bukan karena berharap terkenal, atau agar dapat pacar, atau semacamnya. Seperti yang saya katakan dengan jelas di sini, saya menulis di blog untuk menuangkan kegelisahan, untuk menjaga kewarasan. Jadi, kalau kau tertarik pada tulisan saya, cukup sukai tulisan saya, dan tidak usah tertarik kepada saya. Dengan kata lain, TOLONG JANGAN MENGGANGGU SAYA!
Karena itu pula, sebelum mencoba mengusik saya dengan ajakan pertemuan, pikirkan terlebih dulu; kenapa saya mau menemuimu? Kau tertarik kepada saya, hingga ingin ketemu, itu urusanmu. Yang masih jadi persoalan, kenapa saya juga tertarik bertemu denganmu?
....
....
Saya menyadari, catatan ini mungkin cenderung kasar, dan bisa jadi akan menyakiti perasaan orang. Tapi saya benar-benar sudah tidak tahan!