Jumat, 01 April 2016

Noffret’s Note: Ponsel

Makin hari, ukuran ponsel semakin besar. Semakin sulit dikantungi, semakin mudah dipamerkan. Seperti ego kita.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Ukuran layar ponsel ideal bagiku, maksimal 4 inci. Sayangnya, semakin kecil ukuran, semakin rendah spesifikasi. Seperti ego hari ini.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Meski mencari dan menyukai ponsel berlayar maksimal 4 inci, nyatanya layar ponselku lebih dari 4 inci. Kenyataan kadang memang kejam.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Aku mencari ponsel berlayar maksimal 4 inci, dengan kamera minimal 8 MP. Keinginan yang sederhana. Ajaibnya, keinginan itu setara utopia.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Kualitas mengagumkan dan kesederhanaan penampilan, tampaknya, tidak bisa kita temukan pada ponsel. Semakin hebat, ukurannya semakin besar.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Slogan lama Nokia, “Begitu kecil, begitu cerdas.” Slogan itu kini terdengar seperti mitos. Ponsel kini memuja ukuran, menghamba penampilan.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Setiap waktu, aku harus mengantungi ponsel besar yang terus mengganjal di saku celana. Itu seperti mengantungi beban yang tak diinginkan.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Mencari ponsel kecil tapi hebat di zaman sekarang, sama sulitnya mencari kesederhanaan yang agung. Bagi ponsel, kecil sama dengan murahan.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Ponsel ideal bagiku adalah yang nyaman digenggam, mudah dikantungi, tak terlalu terlihat, tapi memiliki semua kualitas yang dibutuhkan.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Kadang aku kangen pada ponsel-ponsel zaman dulu. Kecil, mudah digenggam dan disimpan, bersahaja, tapi memenuhi semua kebutuhan masa itu.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Saat pertama diciptakan, ukuran ponsel sangat besar. Lalu mengecil seiring perkembangan. Dan sekarang membesar lagi. Seperti ego manusia.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Selalu ada tiruan untuk ponsel-ponsel hebat. Memiliki penampilan nyaris sama, tapi kualitasnya jauh berbeda. Seperti hasrat naluri manusia.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Sebagian ponsel kadang menyusahkan. Setiap hari baterainya harus diisi kembali. Dan kita (terpaksa, harus) rela melakukannya. Seperti pacar.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Aku bersyukur ponselku tidak rewel. Mengisi baterai bisa 4 hari sekali. Kalau pun suatu waktu nanti dia rewel, aku akan mencari yang baru.
—Twitter, 31 Agustus 2015

Aku tidak suka dituntut siapa pun, apalagi dituntut sebatang ponsel. Hidup ini terlalu singkat untuk mengisi baterai ponsel setiap hari.
—Twitter, 31 Agustus 2015


*) Ditranskrip dari timeline @noffret.

 
;