Cium ketek pasangan adalah hak setiap orang. Tapi mengekspos dan menjadikannya tren adalah sebentuk kebodohan yang menjijikkan.
—Twitter, 5 April 2016
Ada apa dengan generasi masa kini? Hal-hal baik diubah menjadi buruk, dan hal-hal privat yang memalukan diumbar secara terbuka.
—Twitter, 5 April 2016
Peduli disebut kepo. Berusaha ramah dianggap caper. Ingin berteman dituduh social climbing. Hal-hal baik di masa lalu rusak di masa kini.
—Twitter, 5 April 2016
Remaja-remaja di masa lalu merasa malu ketika kepergok pacaran. Remaja-remaja sekarang malu justru karena kepergok tidak pacaran.
—Twitter, 5 April 2016
Siklus hidup orang zaman sekarang: Lahir, sekolah sambil malas-malasan, pacaran, pacaran, pacaran, kawin, ribut, beranak-pinak, tua, mati.
—Twitter, 5 April 2016
Kesibukan sehari-hari remaja sekarang: Bangun pagi, sekolah/kuliah, pacaran, pamer, melakukan hal-hal tolol, tolol, tolol, tolol, tidur.
—Twitter, 5 April 2016
Mungkin ada remaja-remaja zaman sekarang yang otaknya masih waras. Tapi mereka hidup di tengah gempuran dunia dan kultur sosial tak waras.
—Twitter, 5 April 2016
Yang waras selalu minoritas. Dan minoritas, dari waktu ke waktu, semakin minoritas. Dunia makin gila, manusia semakin tak seperti manusia.
—Twitter, 5 April 2016
Dunia masa kini adalah tempat orang-orang terlalu sibuk memikirkan kesan yang tampak di luar, dan tak peduli hal-hal yang ada di dalam.
—Twitter, 5 April 2016
Peradaban masa kini adalah tempat manusia bersuka ria di selokan dangkal, tanpa menyadari bahwa dunia memiliki samudera yang amat dalam.
—Twitter, 5 April 2016
Baru tadi sore posting blog. Gara-gara trending-idiot-topic soal cium ketek ini bikin aku ingin nulis post lagi. Sambil marah-marah.
—Twitter, 5 April 2016
Twitter, dan beberapa ketololan di dalamnya, tampaknya kurang baik bagi kesehatanku.
—Twitter, 5 April 2016
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.