Sebelum memutuskan punya anak, mungkin setiap orangtua perlu memikirkan, “Apakah anak yang akan kulahirkan memang ingin dilahirkan?”
—Twitter, 22 September 2016
Anak-anak adalah makhluk paling malang di dunia. Tak pernah minta dilahirkan, lalu dilahirkan untuk ditimbuni setumpuk beban dan kewajiban.
—Twitter, 22 September 2016
“Orangtua telah melahirkan dan membiayai anak dengan susah payah.” | Oh, tentu saja begitu, karena itu memang konsekuensi atas pilihanmu.
—Twitter, 22 September 2016
Konyol dan ironis adalah orangtua yang mengungkit-ungkit kebaikannya pada anak, padahal itu memang konsekuensi pilihannya sendiri.
—Twitter, 22 September 2016
Terlalu banyak masalah manusia dan bencana di dunia akibat banyak anak dilahirkan tanpa kesadaran dan kearifan orangtua.
—Twitter, 22 September 2016
Lingkaran setan di muka bumi dimulai, ketika orang-orang berpikir bahwa mereka harus menikah dan punya anak... lalu anaknya berpikir sama.
—Twitter, 22 September 2016
Kelak, kalau aku memutuskan untuk punya anak, aku akan berpikir terlebih dulu, “Apakah anakku akan bersyukur memiliki ayah sepertiku?”
—Twitter, 22 September 2016
“Sejak punya anak-anak, beban hidupku bertambah. Pusing. Kerja siang malam tidak juga cukup. Stres.” | Yang menyuruhmu punya anak siapa?
—Twitter, 22 September 2016
Kalau punya anak adalah pilihanmu, lakukan. Setelah itu, tidak usah mengusik dunia dengan aneka keluhan. Milih sendiri, mengeluh sendiri.
—Twitter, 22 September 2016
Orang-orang sering menuduh orang lain yang tak punya anak sebagai egois. Justru yang punya anak tapi doyan mengeluh itulah yang egois.
—Twitter, 22 September 2016
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.