Kadang-kadang hatiku bisa diajak jatuh cinta.
Tetapi, setiap kali itu terjadi, pikiranku menertawakannya.
—@noffret
Tetapi, setiap kali itu terjadi, pikiranku menertawakannya.
—@noffret
Elon Musk adalah bocah beruntung. Dia lahir sebagai genius, dan tumbuh dewasa menjadi miliuner. Dia dijuluki “Iron Man di Dunia Nyata”, karena memiliki kekayaan sekaligus kegeniusan seperti Tony Stark dalam film Iron Man. Dan, seperti Tony Stark, Elon Musk juga melakukan “kebodohan” yang sama, yaitu menikah. Padahal, Elon Musk pasti tahu, bahwa ketika seorang “superhero” menikah, kisahnya selesai.
Tetapi, memang, tidak ada manusia yang sempurna. Termasuk genius-miliuner seperti Elon Musk. Sehebat apa pun, orang kadang masih jatuh pada ketololan. Termasuk Elon Musk. Oh, dia bahkan tidak belajar dari kesalahan yang pertama, hingga masih mengulang kesalahan yang sama! Ini adalah kisah ironi yang tersembunyi, menyangkut lelaki yang sangat dikagumi di dunia.
....
....
Pada waktu Elon Musk berusia 9 tahun, orang tuanya bercerai. Elon mengikuti sang ayah. Karenanya pula, sejak kecil dia telah kehilangan kasih ibu. Kelak, hal itu menjadikannya sering merindukan kasih sayang seorang wanita, sesuatu yang amat dirindukannya. Sayang, kerinduan itu harus berbenturan dengan dirinya sendiri, dan kenyataan itu menghadirkan kisah yang rumit sekaligus kompleks.
Sejak kecil, Elon Musk sudah menjadi kutubuku. Dia membaca buku apa pun, dari bangun tidur sampai mau tidur kembali. Pada waktu berusia 10 tahun, ayahnya memberi hadiah komputer. Sejak itu, ketertarikan Elon pada komputer segera tumbuh, dan dia merancang program komputer. Hasil utak-atiknya dengan komputer melahirkan sebuah game bertema antariksa, yang ia beri nama Blastar. Pada waktu berusia 12 tahun, Elon menjual software game tersebut pada sebuah perusahaan game, senilai 500 dolar AS.
Mendapatkan uang dalam jumlah besar dari hasil utak-atik komputer, Elon yang masih 12 tahun seperti melihat sesuatu yang ajaib. Kenyataannya, penjualan game itu merupakan tonggak penting dalam kehidupan Elon, hingga ia kemudian tumbuh menjadi seorang visioner.
Seiring dengan itu, kebiasaannya membaca buku terus berlangsung, kegemarannya belajar terus terjaga, dan ia makin mengenali visinya. Bocah itu tahu apa yang akan dilakukannya untuk dunia, dan ia tahu apa saja yang kelak akan dilakukannya, serta bagaimana cara melakukannya.
Lulus dari highschool (setingkat SMA), Elon mendaftar kuliah di Queen’s University, Kanada. Di kampus itulah jalan hidupnya mengalami “masalah besar”. Dia jatuh cinta pada seorang perempuan, teman sekampus. Elon bahkan jatuh cinta pada pandangan pertama, hingga ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Perempuan yang membuat Elon Musk jatuh cinta bernama Justine. Dia perempuan dengan sikap lembut, yang mengingatkan Elon pada kerinduannya terhadap kasih seorang wanita. Elon pun mendekati Justine, dan berharap perempuan itu menerimanya. Suatu malam, Elon nekat mendatangi apartemen Justine, dan mengajak kencan.
Pada masa itu, Elon Musk belum sekeren sekarang. Seperti umumnya kutubuku kurang gaul, Elon waktu itu terlihat cupu, dengan penampilan lugu. Tapi Justine mungkin terkesan dengan kecerdasan Elon, hingga ia menerima ajakan kencan bocah cupu itu. Singkat cerita, mereka lalu jadian. Elon pun merasa telah menemukan kasih yang selama ini didambakannya.
Dua tahun kuliah di Queen’s University, Elon memutuskan pindah ke University of Pennsylvania. Dia mendaftar di dua fakultas sekaligus, Fisika dan Ekonomi. Dua kuliah itu bisa ia selesaikan sekaligus. Setelah itu, Elon berencana melanjutkan S2, dan mendaftar ke Stanford University. Tetapi, baru dua hari kuliah di sana, dia memutuskan drop out. Waktu itu, Elon menemukan sebuah ide cemerlang, dan tak ingin diganggu aktivitas kuliah.
Ide cemerlang yang ditemukannya waktu itu adalah menciptakan Zip2, sebuah situs yang menyediakan perangkat lunak konten penerbitan online untuk organisasi berita. Seperti yang telah dibayangkannya, Zip2 berkembang pesat, dan mendapatkan investasi dari beberapa perusahaan media besar, termasuk The New York Times, Hearst Corporation, dan Knight Ridder. Pada 1999, Zip2 dibeli oleh Compaq AltaVista seharga 307 juta dolar tunai, dan 34 juta dolar pada opsi saham.
Sukses menciptakan Zip2 yang mendatangkan uang jutaan dolar, Elon Musk kemudian mendirikan X.com, sebuah perusahaan jasa keuangan online. Setahun setelah berdiri, X.com mengakuisisi Confinity, perusahaan yang menyediakan sistem transfer uang antarperangkat mobile yang sedang populer saat itu, yakni Palm Pilot. Setelah akuisisi, pada Februari 2001, nama X.com diubah menjadi PayPal.
PayPal menjadi media layanan online yang berfungsi sebagai sarana transaksi di internet. Sarana transaksi online ini menarik perhatian eBay, situs lelang terbesar di dunia. Pada Oktober 2002, eBay membeli PayPal seharga 1,5 miliar dolar, dan Elon Musk menjadi pemegang saham terbesar PayPal, sebesar 11,7 persen. Sejak itu, Elon Musk menjadi miliuner. Tapi visinya belum selesai, dan impiannya masih panjang.
Dengan uang yang dimilikinya, Elon mengembangkan proyek instalasi teknologi luar angkasa, bernama SpaceX (Space Exploration Technologies). Proyek itu lalu tumbuh menjadi perusahaan manufaktur dan peluncur roket serta transportasi antariksa, yang bertujuan memangkas atau mengurangi harga transportasi antariksa, sehingga siapa pun bisa mudah kalau ingin “jalan-jalan” ke luar angkasa. Sejak itu, Elon Musk memiliki ambisi yang setara dengan ambisi sebuah negara, yaitu menjelajahi antariksa.
Dan Elon Musk tidak main-main dengan ambisinya. Kini, bahkan sejarah telah mencatat bahwa di dunia ini hanya ada empat entitas yang berhasil meluncurkan kapsul antariksa ke orbit, dan sukses membawa kapsul tersebut kembali. Empat entitas itu adalah Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan Elon Musk! Itu seperti melihat “perlombaan” negara-negara adidaya, yang ditandingi oleh satu orang!
Secara terang-terangan, Elon Musk bahkan menyatakan akan mengalahkan NASA dalam penjelajahan antariksa. Dan bagaimana tanggapan NASA terhadap ocehan Elon? Menertawakannya? Tidak! Sebaliknya, NASA ketakutan!
NASA, lembaga antariksa yang didanai miliaran dolar oleh pemerintah AS, menyadari kemampuan Elon, dan mereka tahu bocah itu tidak main-main. Karenanya, sebelum Elon benar-benar mewujudkan ucapannya, NASA memilih “mengalah”. Mereka memasukkan investasi dalam jumlah besar ke perusahaan Elon, dengan harapan bocah itu “pekewuh” (tidak enak hati) jika ingin “kurang ajar” terhadap NASA.
Sebelum melanjutkan kisah terkait visi Elon Musk, kita harus kembali menengok Justine, perempuan yang menjadi kekasihnya. Sejak mereka jadian di masa kuliah dulu, keduanya masih menjalin hubungan. Di sela-sela kesibukannya, Elon masih meluangkan waktu untuk menemui Justine, dan mereka memadu kasih seperti layaknya pasangan yang saling jatuh cinta.
Sampai suatu hari, mereka menikah.
Pernikahan itu melahirkan spekulasi dan bisik-bisik di Silicon Valley. Sebagian orang meyakini Elon menikahi Justine karena jatuh cinta pada perempuan itu, dan tidak bisa hidup tanpanya. Sementara sebagian yang lain mengatakan, “Untuk ukuran seorang genius, yang dilakukan Elon benar-benar tolol!”
Mereka memahami, Elon Musk seorang visioner. Dan jika seorang visioner menikah, kisahnya selesai. Kenyataan itu sudah terjadi pada banyak lelaki lain sebelumnya—yang semula hebat, luar biasa, mengagumkan, kemudian berubah menjadi lelaki biasa setelah menikah.
Elon Musk pasti telah melihat dan mengenal orang-orang hebat seperti dirinya, yang kisahnya selesai setelah menikah. Tapi rupanya dia tidak belajar dari hal itu. Dia mengulangi “kesalahan” yang telah dilakukan banyak orang sebelumnya. Karenanya, bocah-bocah di Silicon Valley sampai mengatakan, “Untuk ukuran seorang genius, yang dilakukan Elon benar-benar tolol!”
Dan “ramalan” itu akhirnya terbukti.
Sejak menikah, Elon Musk mulai menyadari kehidupannya tidak sebebas dan seleluasa sebelumnya. Kini ada istri yang juga harus mendapatkan perhatiannya. Dia yang biasa bekerja siang malam dengan konsentrasi penuh, kini terpecah—antara urusan pribadi (visi dan impiannya) dengan urusan pernikahan (istri dan anak-anaknya). Dia tidak bisa lagi memiliki kehidupan sepenuhnya seperti semula.
Awalnya, Elon masih berusaha beradaptasi dengan kenyataan baru itu, dan mati-matian membagi diri, waktu, dan pikirannya secara imbang. Tetapi, bagaimana pun, kemampuannya tetap terbatas. Pertengkaran demi pertengkaran dengan pasangan terus terjadi, dan rumah tangga yang semula diimpikan indah berlangsung memburuk. Pada akhirnya, Elon harus memilih—menyelamatkan perkawinannya, atau berkonsentrasi pada visinya.
Itu jelas berat. Di satu sisi, Elon menganggap keberadaan Justine mampu memberikan kasih sayang dan cinta yang selalu dirindukannya, akibat berpisah dengan sang ibu sejak kecil. Sementara di sisi lain, keberadaan Justine juga menjadi “penghambat” visi dan impiannya.
(Belakangan, Justine sempat curhat dalam wawancara media, bahwa dia juga tertekan selama berumah tangga dengan Elon, karena merasa hanya menjadi istri pajangan. Elon lebih mencurahkan pikiran dan waktunya untuk pekerjaan, dibandingkan untuk keluarga).
Akhirnya, setelah tak mampu lagi mempertahankan hubungan, Elon dan Justine memutuskan bercerai. Justine melanjutkan kehidupannya sendiri, menjadi penulis, sementara Elon kembali sibuk di Silicon Valley, merajut visi dan mimpi-mimpinya. Belakangan, dia menangani perusahaan otomotif bernama Tesla Motors, dan perusahaan penyedia energi bersih bernama SolarCity. Dia mengimpikan dunia yang lebih baik, dengan polusi lebih minim.
Prestasi-prestasi Elon Musk dengan jelas membuktikan kehebatannya. Di dunia internet, dia mengembangkan Zip2 hingga PayPal yang kini digunakan jutaan orang. Di dunia antariksa, dia menciptakan roket berkemampuan hebat. Di dunia otomotif, dia mengembangkan kendaraan-kendaraan listrik dengan energi bersih.
Visi Elon Musk bahkan masuk ke dunia pendidikan. Karena menganggap sekolah anak-anaknya “kurang oke” (tentu menurut standarnya) dia pun mendirikan sekolah sendiri, yang dinamai Ad Astra. Seperti yang diyakini banyak orang, dia seorang visioner sejati. Bahkan, berbeda dengan kebanyakan visioner lain yang umumnya hidup “sederhana”, Elon Musk mampu mengubah visinya menjadi sumber kekayaan, hingga ia menjadi miliuner kaya-raya.
Tetapi, rupanya, Elon Musk tetap bocah kesepian yang merindukan kasih seorang wanita. Kehebatan dan kekayaan yang ia miliki tidak mampu menutup lubang di hatinya yang terus menganga, dan ia tetap merindukan kasih seorang wanita. Perceraian dengan Justine menjadikan Elon makin merasakan hal itu, karena kini tidak ada lagi wanita yang dicintai dan mencintainya, yang menjadi tempatnya berlabuh saat membutuhkan kedamaian.
Perasaan itu pula yang tampaknya membuat Elon kembali jatuh cinta, kali ini pada Talulah Riley-Milburn, seorang fotomodel. Setelah menjalin hubungan beberapa lama, Elon menawari, “Kau mau menikah denganku?”
Talulah menjawab, “Ya, aku mau.”
Mereka menikah di Dornoch Cathedral di Skotlandia. Sementara pasangan itu berbulan madu, bocah-bocah di Silicon Valley kembali berbisik-bisik, “Rupanya Elon belum juga belajar dari kesalahannya.”
Yang lain menimpali, “Untuk ukuran seorang genius, yang dia lakukan benar-benar tolol!”
Dan, lagi-lagi, ramalan itu terbukti.
Seperti menjalani perkawinan dengan Justine—istri pertamanya—Elon kembali menghadapi dilema serupa saat menjalani rumah tangga bersama Talulah. Diri dan hidupnya terpecah—antara visinya untuk dunia, dan pernikahan dengan istri keduanya—dan dia kembali gagal.
Elon tidak mampu menghadapi realitas rumit yang hanya ia pahami sendiri. Sebagai visioner, pikirannya memiliki visi dan impian untuk dunia. Tetapi, sebagai bocah, hatinya merindukan kasih seorang wanita. Perang antara pikiran dan hati itu, pada akhirnya, menghasilkan menang-kalah.
Dua tahun setelah menikah dengan Talulah, Elon Musk kembali memutuskan untuk bercerai. Dia tidak mampu terus menerus menghadapi dilema antara pikiran dan hatinya sendiri. Dia harus memutuskan—mengikuti hatinya, atau pikirannya. Dalam hal itu, mungkin Elon menyadari; jika ia mengikuti hatinya, maka kisahnya selesai. Persis seperti Tony Stark. Iron Man tidak memiliki seri keempat.
Jadi begitulah. Setelah bercerai, Elon kembali bisa fokus pada visinya, pada pikirannya, pada mimpi-mimpinya... meski untuk itu dia harus menanggung luka—kerinduan pada kasih sayang wanita—yang terus menganga di kedalaman hatinya.
Hari ini, Elon Musk menjadi salah satu lelaki yang sangat dikagumi di dunia. Tapi mungkin dunia tak tahu, lelaki hebat yang mengagumkan itu menyimpan lara dan kerinduan yang tak pernah terjawab... yang ia simpan sendirian, di lubuk terdalam batinnya.