Bagi yang punya blog, khususnya yang pakai platform Blogger,
tentu tahu kalau saat ini Blogger akan mengganti dasbor lama
ke dasbor baru. Penggantian ini akan menimbulkan banyak masalah,
karena ternyata masih penuh bug dan interface (antarmuka)-
nya tidak ramah pengguna.
Masalah kadang muncul dari hal-hal tak terduga, salah satunya dari platform Blogger. Blog yang kalian baca ini, juga situs Belajar Sampai Mati (BSM), dibangun menggunakan platform Blogger. Sebagai narablog (penulis blog), saya sudah telanjur nyaman menggunakan Blogger, hingga enggan berpindah ke lain platform.
Setelah sepuluh tahun lebih menggunakan Blogger, dan baik-baik saja, tiba-tiba Blogger mengumumkan penggantian antarmuka dasbor baru. Kedengarannya tidak masalah, tapi menimbulkan masalah besar, khususnya bagi saya. Selain berubah total, dasbor Blogger yang baru ini juga ternyata memiliki banyak bug, khususnya terkait pengunggahan gambar.
Semula, ketika antarmuka dasbor baru itu diperkenalkan, saya tidak terlalu terpengaruh, karena saya pikir itu sifatnya opsional—kalau mau ya pakai, kalau tidak mau ya tidak apa-apa. Jadi, ketika mendapati antarmuka baru itu pada Juni kemarin, saya santai saja. Toh saya masih bisa menggunakan dasbor lama, yang tidak bermasalah.
Masalah mulai terjadi, ketika Blogger mengumumkan bahwa antarmuka dasbor baru itu akan diterapkan (secara paksa) pada semua pengguna platform Blogger, sementara antarmuka dasbor lama akan ditiadakan mulai September ini. Artinya, setelah September, semua pengguna platform Blogger tidak bisa lagi menggunakan dasbor lama.
Saya langsung stres.
Seperti yang disebut tadi, dasbor Blogger baru memiliki banyak masalah, khususnya dalam hal pengunggahan gambar (yang biasa digunakan untuk melengkapi artikel). Dalam hal ini, saya sedang dalam proses melengkapi ribuan artikel di situs BSM dengan gambar.
Semula, sebelum ada pengumuman penggantian dasbor Blogger, saya mengerjakan hal itu (menambahkan gambar pada artikel-artikel di BSM) kalau pas selo. Tetapi, setelah ada pengumuman penggantian dasbor baru—dan dasbor lama akan dihilangkan—saya seketika panik tak karuan. Bagaimana pun, saya harus segera melengkapi artikel-artikel di BSM dengan gambar, sebelum dasbor lama benar-benar (di)hilang(kan).
Di dasbor lama, urusan mengunggah gambar dan mengaturnya di artikel sama sekali tidak ada masalah. Mudah, sederhana, dan langsung jadi. Tetapi, di dasbor baru, urusan mengunggah gambar jadi urusan yang sangat merepotkan. Karena, entah bagaimana, selalu ada masalah yang muncul—ya namanya juga mengandung bug. Dan entah kenapa Blogger belum juga membereskan bug ini.
Masalah yang muncul dalam urusan pengunggahan gambar itu bisa tata letaknya yang kacau, atau masalah lain. Intinya selalu ada masalah. Dan yang mengalami hal ini bukan cuma saya. Iskandar, blogger yang paham urusan CSS dan HTML, juga mengakui kalau urusan mem-posting artikel dan gambar lewat dasbor baru ini selalu memunculkan masalah.
Masalah lain, yang membuat saya stres luar biasa, dasbor baru menggunakan sistem scroll untuk daftar artikel—beda dengan dasbor lama yang menampilkan daftar artikel per halaman. Artinya, mengedit artikel lama di dasbor baru akan sangat merepotkan, karena harus melakukan scrolling sampai artikel yang dituju tertemukan. Jika jumlah artikel yang kita miliki cuma puluhan, mungkin tidak terlalu repot. Tapi bagaimana kalau artikel di blog kita sudah ribuan, dan kita ingin mengedit artikel yang terbit sembilan tahun lalu, misalnya?
Menghadapi kenyataan itu, saya hanya punya dua pilihan. Pertama, pasrah saja, dan proses pengunggahan gambar untuk melengkapi artikel di BSM akan terbengkalai, karena dasbor lama akan segera digantikan dasbor baru yang penuh masalah.
Pilihan kedua, saya harus ngebut mengunggah gambar untuk melengkapi artikel-artikel di BSM, agar semua artikel memiliki gambar atau ilustrasi, mumpung dasbor lama masih bisa digunakan. Yang bikin stres, artikel di BSM yang perlu dilengkapi gambar mencapai ribuan. Sementara dasbor lama akan dihilangkan pada September ini.
Dengan berat hati, saya memilih opsi yang kedua, dan sejak itu siang malam saya terus berkutat di BSM, mengunggah gambar untuk melengkapi artikel-artikel di sana, satu per satu. Prosesnya sangat melelahkan, membosankan, dan jelas membuat stres. Satu per satu artikel dibuka/diedit, lalu mencari gambar yang sesuai, mengunggahnya ke blog, dan begitu seterusnya. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, cuma itu kegiatan saya.
Saya merasa dikejar-kejar deadline, dan deadline yang mengejar adalah penggantian dasbor Blogger. Tiap pergantian tanggal di bulan September, makin sedikit waktu yang saya miliki. Dan saya makin pusing.
Karena frustrasi, saya sempat meminta bocah ini untuk membantu saya mengunggah gambar ke artikel di BSM, biar prosesnya lebih cepat. Bagaimana pun, saya pikir, sesuatu yang dikerjakan dua orang akan lebih cepat dibanding jika hanya dikerjakan satu orang. Tapi dia malah menyatakan sesuatu yang membuat saya tercengang.
“Aku akan senang hati membantumu,” dia berkata, “tapi apa kamu sudah memikirkan prinsip-prinsip perfeksionistas dan kaidah-kaidah environmentalisme yang quo vadis?”
Sambil cekikikan, saya bertanya, “Maksudnya gimana?”
Dia menjelaskan, “Maksudku begini. Andaikan saja aku membantumu. Kalau aku bersedia membantumu—mengunggah gambar ke artikel-artikel di BSM—artinya kamu juga bisa meminta bantuan teman-teman yang lain untuk melakukan hal yang sama. Sekarang andaikan saja kamu meminta sepuluh teman kita untuk melakukan hal yang sama, dan mereka tentu akan bersedia membantu, proses pengunggahan gambar di BSM tentu akan selesai lebih cepat. Tetapi... jika itu yang kamu lakukan, lalu apa beda BSM dengan situs-situs lain?”
Sebelum sempat saya menyahut, dia sudah menyambung, “Yang menjadikan BSM istimewa, sekaligus membedakannya dengan jutaan situs lain di internet, karena BSM benar-benar digarap satu orang. Cuma kamu. Jadi, kalau sekarang kamu mau melibatkan orang lain, meski sekadar untuk mengunggah gambar, apa bedanya BSM dengan jutaan situs lain? Situs-situs lain juga digarap banyak orang, terlepas apa pun yang mereka kerjakan. Intinya, cuma BSM yang benar-benar digarap satu orang, dan aku—sebagai temanmu—tidak ingin merusak hal itu. Kamu harus menunjukkan kalau kamu benar-benar mampu.”
Sambil dongkol campur ingin tertawa, saya bertanya, “Kamu ngomong begitu karena ingin memotivasiku, atau memang karena tidak mau membantu?”
Dia cuma cengengesan. “Sejak awal kamu membuat BSM, kamu melakukannya sendirian. Aku tahu, kalau kamu memang ingin melibatkan orang lain, kamu pasti sudah melakukannya sejak dulu. Tapi tidak kamu lakukan. Karena kamu memang ingin melakukannya sendirian. Sebagai temanmu, aku tahu, itu caramu membuktikan pada dirimu sendiri—itu sesuatu yang membuatmu senang. Dan, juga sebagai teman, aku tidak ingin merusak kesenanganmu.”
Dalam hati, saya mengakui yang dia katakan memang benar.
Jadi, begitulah. Sambil menahan lelah, bosan, dan nyaris frustrasi, saya terus melakukan yang harus saya lakukan. Sendirian. Dari siang sampai malam. Mengunggah gambar ke artikel di BSM, satu per satu. Dari puluhan hingga ratusan, lalu mulai seribu. Dua ribu... tiga ribu...
Semua urusan lain terpaksa ditangguhkan. Saya harus benar-benar fokus pada urusan ini, karena waktu deadline kian dekat. September sudah datang. Dasbor Blogger lama siap menghilang. Dan begitu dasbor lama benar-benar hilang, saya ingin semua artikel di BSM telah dilengkapi gambar.
Saat ini, tinggal 900-an artikel lagi yang masih perlu dilengkapi gambar, dan saya berharap semuanya bisa selesai sebelum dasbor lama dihilangkan.
Saat ini pula, saya berharap—sangat, sangat berharap—Blogger membatalkan penggantian dasbor, dan para penggunanya dapat terus menggunakan dasbor lama yang sederhana dan nyaman. Saya sudah beberapa kali mengirim permintaan itu, dengan penjelasan aneka kekurangan yang terdapat pada dasbor baru, tapi tampaknya Blogger tetap kukuh ingin menggantikan dasbor lama dengan yang baru.
Kalaupun itu benar-benar terjadi, saya berharap dasbor yang baru sudah tidak memiliki masalah apa pun, sehingga juga nyaman digunakan. TAPI SEBENARNYA SAYA TETAP BERHARAP ITU TIDAK TERJADI.
Sialnya, ketika saya menulis catatan ini, penggantian paksa dasbor baru sudah terjadi, dan dasbor lama benar-benar telah hilang.