Hal-hal menyenangkan, bagiku, adalah hal-hal yang normal/wajar. Karena segala sesuatu mestinya normal. Hidup berjalan dengan normal, dengan segala suka duka dan romantikanya. Intinya, apa pun yang terjadi, sebesar dan sekecil apa pun, segalanya pasti normal atau wajar.
Bahkan, dalam lingkup kehidupan dunia secara luas, kemunculan pandemi covid-19 pun masih tergolong normal. New Normal, saat ini, juga tergolong normal. Karena begitulah kehidupan. Segalanya berjalan normal, dengan segala isinya, dengan apa pun nama atau sebutannya. Normal, wajar.
Kehidupan kita tak pernah lepas dari campur tangan atau bahkan intervensi manusia. Wajar. Dan selama campur tangan atau intervensi itu dilakukan secara normal atau wajar, semuanya juga baik-baik saja. Karena begitulah kehidupan manusia. Ada baik dan buruk, ada suka dan duka.
Yang jadi masalah adalah ketika intervensi atau campur tangan manusia pada kehidupan sudah masuk taraf tak wajar, dan dari situlah ketidaknormalan terjadi. Oh, ya, di dunia ini ada orang-orang yang sangat peka, yang bisa mengenali ketidaknormalan seperti dokter mengenali kanker.
Sebagai bocah, aku hanya percaya pada hal-hal normal dan wajar, karena begitulah hukum keteraturan, esensi dasar kehidupan. Dan, omong-omong, seharian ini TL-ku normal—seperti sebelum-sebelumnya. Beda dengan beberapa hari kemarin yang terkesan tak wajar dan tak normal.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 11 Juni 2020.