Selasa, 01 September 2020

Sebenarnya, Siapakah yang Menjadi Influencer Jokowi?

Sambil nunggu udud habis, jadi ingin ngoceh.


Ada gurauan populer di Twitter, kira-kira seperti ini, "Ingin menyiksa orang perfeksionis? Buatlah ketidakaturan!"

Gurauan itu sebenarnya tidak tepat disebut gurauan, karena nyatanya ada orang-orang yang "tersiksa" ketika melihat ketidakaturan, kejanggalan, atau "keanehan".

Segala sesuatu seharusnya "teratur"—bahkan sekacau-balau apa pun tampaknya. Lalu lintas yang semrawut, misalnya, atau kamar yang berantakan. Mungkin tampak kacau dan tidak teratur. Tetapi, secara alami—setidaknya kita bisa menyebutnya begitu—hal-hal itu sebenarnya teratur.

Jika kita melempar sebuah dadu, misalnya, kita tidak akan bisa memastikan berapa titik yang akan kita dapati. Karena lemparan dadu akan—dan pasti—menghasilkan keacakan. Keacakan pada lemparan dadu adalah sebentuk keteraturan. Jika tidak acak, artinya ada yang tidak beres.

Jika seseorang melemparkan dadu seratus kali, dan seratus kali pula ia menghasilkan tiga titik, bahkan iblis di neraka akan meragukannya. Karena tidak acak, padahal seharusnya acak.

Ketidakteraturan atau keacakan dalam lemparan dadu adalah keteraturan. Dan itulah kesempurnaan.

Ketika para filsuf mengatakan bahwa alam semesta dibangun di atas kesempurnaan, artinya bukan "kesempurnaan" seperti yang mungkin kita bayangkan—dalam arti semuanya sempurna tanpa cela. Bahkan adanya cela itulah, dalam perspektif para filsuf, bukti kesempurnaan.

Begitu pula ketika para ilmuwan menyatakan bahwa dunia ini teratur—artinya bukan "teratur" seperti yang mungkin kita bayangkan. Chaos atau kekacauan yang terjadi di dunia, adalah salah satu bukti bahwa dunia ini teratur. Karena jika tidak teratur, chaos tidak akan pernah terjadi.

Aku membenci typo (salah ketik), sebesar kebencianku pada iblis di neraka. Karenanya, aku selalu berhati-hati saat menulis, agar tidak mengalami typo, karena aku bisa marah dan membenci diriku sendiri jika itu terjadi. Tapi bahkan seperti itu pun, kadang aku masih mengalami typo.

Apa artinya itu? Oh, well, itulah keteraturan!

Fakta bahwa aku sesekali masih mengalami typo, adalah bukti bahwa kehidupan ini teratur. Jika aku menulis bertahun-tahun, dalam ribuan halaman, dan tidak ada typo sama sekali, justru akan menjadi anomali, karena tidak manusiawi.

Alam semesta, dan kehidupan manusia, dibangun di atas keteraturan. Kenyataan penting inilah yang menghasilkan logika dalam pikiran para filsuf, yang mengenalkan statistik pada para ilmuwan, dan yang mengenalkan kita pada angka serta perhitungan, probabilitas dan kemungkinan.

Ocehan ini, kalau kulanjutkan, mungkin baru akan selesai tahun 2958. Padahal cokelat hangatku hampir habis, dan ududku juga hampir habis. Jadi, untuk mempersingkat ocehan, mari kita gunakan contoh langsung yang bisa kita lihat bersama-sama.

Pertama, perhatikan judul dan isi artikel ini.

Jokowi Beri Keluarga Miskin Sembako Senilai Rp600 Ribu Per Bulan

Jokowi memutuskan akan memberikan bantuan kepada masyarakat miskin di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). —@tempodotco

Sekarang lihat judul dan isi artikel ini.

Polda Metro Jaya Salurkan Beras Bantuan Presiden Jokowi 

Sasaran utama penyaluran bantuan Presiden Jokowi tersebut adalah para pekerja transportasi yang terkena langsung oleh wabah COVID-19. —@tempodotco

Well, perhatikan ini.

Sekali Lagi, Ini Cara Dapat Listrik Gratis dari Jokowi

Masyarakat pelanggan listrik rumah tangga 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA subsidi selama tiga bulan bakal menikmati diskon tarif listrik. —@cnbcindonesia

Sekarang perhatikan ini.

6 Paket Bantuan Jokowi: Listrik Gratis Sampai Kartu Sembako

Ada 6 paket bantuan yang akan segera direalisasikan dalam penanganan corona. —@cnbcindonesia

Sudah melihat dan memperhatikan artikel-artikel tadi? Sekarang perhatikan yang ini.

5 Fakta Token Listrik PLN Digratiskan Jokowi 

Berikut 5 fakta token listrik PLN digratiskan Jokowi selama 3 bulan bagi 450 VA dan 900 VA subsidi yang bisa diakses dari WhatsApp dan www.pln.co.id. —@kompascom

Dan ini.

Listrik di Rumah Anda Digratiskan Jokowi? Begini Cara Mengeceknya 

Listrik di rumah Anda digratiskan Jokowi? Begini cara mengeceknya yakni dengan melihat kode pada meteran daya di rumah Anda. —@kompascom

Lanjut. Perhatikan judul dan isi artikel ini.

Ini 3 Syarat dan Cara Dapat Listrik Gratis dari Jokowi

Pemerintah menyisihkan anggaran untuk memberikan listrik gratis pada masyarakat yang terkena dampak pendemi corona. Ini syarat dan caranya. —@detikcom

Dan ini.

Jokowi Gratiskan Listrik 3 Bulan, Ini Daftar Penerimanya

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggratiskan listrik untuk pelanggan 450 VA, dan bagi pelanggan 900 VA hanya membayar separuh. —@detikcom

Dan ini juga.

Pahami Kado Listrik Gratis dari Jokowi

Presiden Jokowi memberikan listrik gratis kepada masyarakat miskin untuk menekan dampak sosial dan ekonomi dari pandemi corona. —@cnnindonesia

Aku masih bisa menautkan ratusan artikel lain, kalau mau, yang judul serta isinya akan sebelas dua belas dengan rangkaian artikel tadi. Tapi kita akan sama-sama mati bosan, dan intinya bukan itu.

Intinya adalah, artikel-artikel yang tadi kutautkan menunjukkan satu hal; anomali.

Bisa melihat sesuatu yang nyata dan sangat janggal di sini?

Ambil seratus orang secara acak di Indonesia. Jika ada satu dua orang yang sangat tolol, itu wajar, alami, manusiawi, teratur, sempurna, sahih, tayyib! Tapi jika seratus orang itu tolol semua, jelas ada yang salah!

Apakah para jurnalis di Indonesia tidak bisa membedakan antara "Jokowi" dan "pemerintah"? Aku tidak ingin berpikir begitu, tentu saja, karena sama artinya menghina intelektualitas mereka. Tetapi fakta bahwa mereka melakukan hal yang sama di waktu yang sama, itu membuatku gelisah.

Judul-judul artikel tadi teratur, bahkan sangat teratur—kalau kau paham maksudku. Tetapi keteraturan semacam itu justru membuktikan ketidakaturan, karena mestinya tidak begitu! Karena segala hal di dunia ini seharusnya teratur, dan di dalam keteraturan pasti ada keacakan!

Ududku habis. Mungkin ocehan ini akan kulanjutkan besok atau kapan-kapan—kalau selo dan kalau ingat. Bye!


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 April 2020.

 
;