Selasa, 01 Desember 2020

Kata-Kata Beracun

Cara membuat kata-kata beracun yang sebenarnya merusak, tapi akan diterima dan dipercaya banyak orang mentah-mentah:

Karanglah apa saja maumu, sesuai keinginanmu, lalu gunakan kata-kata berbunga, dan balutlah dengan embel-embel agama. 

Andai aku seorang psikopat yang hobi menyiksa pasangan setiap saat, tapi ingin terdengar "normal", misalnya, aku akan mendoktrin orang-orang:

"Pasanganmu seorang psikopat? Tidak! Dia sosok yang dihadirkan Allah untuk menguji kesabaranmu agar derajatmu semakin tinggi."

Tentu saja bohong!

Sialnya, kebohongan semacam itulah yang selama ini dicekokkan habis-habisan ke otak kita, dan, sialnya pula, jutaan orang percaya. Jualan kata "Allah" memang selalu laku!

Kenapa jutaan orang percaya bahwa "menikah akan membuatmu bahagia dan lancar rezeki"? Karena kata-kata itu dibalut embel-embel agama! Padahal agama sebenarnya tidak mengajarkan begitu! Ada orang-orang sok pintar memelintir ayat seenaknya sendiri, lalu didoktrinkan seenaknya pula.

Lalu jutaan korban berjatuhan, jutaan wanita jadi korban KDRT, jutaan perceraian terjadi, jutaan anak sengsara dan terluka. Tapi selalu saja ada orang-orang membawa kata "Allah" sambil mendoktrin orang-orang lainnya, "Menikah akan membuatmu bahagia dan lancar rezeki."

It's sick.

Ular paling beracun, katak paling beracun, dan mayoritas hewan paling beracun, memiliki wujud yang indah. Keindahan itu, sebenarnya, bukan untuk menarik perhatian, melainkan untuk memberi tahu makhluk lain agar waspada. Hewan-hewan tahu soal ini, tapi manusia justru tertipu!

Manusia berkomunikasi dengan kata-kata. Dan kata-kata paling beracun adalah nasihat yang merusak tapi diberi embel-embel agama. 

Seperti yang dikatakan Ibnu Rusyd, "Kalau kau ingin menguasai orang-orang bodoh, bungkuslah dusta dan kebatilan dengan agama."


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 Agustus 2020.

 
;