Jumat, 10 Februari 2023

Dari Rachel Vennya Kita Belajar

Dari Rachel Vennya kita belajar bahwa... 

Bahwa apppeeeeuuuhh? 

Well, bahwa di dunia ini tampaknya memang banyak orang “sakit”—orang-orang yang kesibukan utamanya adalah menggunjing orang lain, mengejek dan merendahkan orang lain, dan dengan itu lalu merasa lebih tinggi.

Karena Twitter sempat ramai terkait tweet Rachel Vennya dan Detik Forum, aku tergelitik dan penasaran. So, aku pun masuk ke Detik Forum untuk melihat langsung yang ada di sana (lewat cache). Ternyata thread-thread yang ditulis “orang-orang sakit” di sana sudah dihapus oleh Detik.

Lalu ke mana “orang-orang sakit” tadi, setelah thread-thread mereka di Detik Forum dihapus? Apakah mereka lalu sadar bahwa perbuatan mereka tidak baik, dan berhenti melakukannya? Tidak! Setelah thread mereka dihapus di Detik Forum, mereka “menyeberang” ke forum Reddit.

Di Reddit, mereka kembali berkumpul—sesama orang sakit—dan kembali melanjutkan “obrolan sakit” mereka. Salah satu thread yang membuatku tercengang adalah berikut ini, “Kamu bisa menutup 5 thread untuk menghapus jejak kami, tapi tidak bisa menutupi semangat kami untuk bergibah.”

Itu kalimat yang mereka tulis sendiri di Forum Reddit. Dan kalimat itu dengan jelas mendeskripsikan diri mereka, serta apa yang mereka lakukan. Orang-orang itu sadar bahwa yang mereka lakukan adalah ghibah; perbuatan membicarakan orang lain dengan cara menjelek-jelekkan.

Ghibah, akhir-akhir ini, tampaknya telah jadi bagian lifestyle, dan istilah ghibah telah mengalami destruksi makna; tidak lagi dianggap perbuatan buruk atau jahat, tapi telah dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja. Sebegitu biasa, hingga orang bisa enteng ngemeng, “Ghibah, yuk!”

Inti pertanyaan: Kenapa ada orang-orang yang suka berghibah, senang menjelek-jelekkan orang di belakangnya, sampai bikin forum khusus untuk itu?

Kita bisa mendapat jawabannya dengan mudah, melalui pepatah terkenal, “Orang kuat membicarakan ide, orang lemah membicarakan orang.”

“Orang kuat” yang dimaksud dalam pepatah itu adalah “pintar, cerdas, berpendidikan, beradab, bermoral, dan semacamnya”. 

Sementara “orang lemah” yang dimaksud dalam pepatah itu adalah “bodoh, sok pintar, tak berpendidikan, tak beradab, tak bermoral, dan semacamnya.”

Dan “membicarakan orang” yang dimaksud dalam pepatah itu adalah “membicarakan keburukan orang lain, menjelek-jelekkan, dan semacamnya”. 

So, kenapa ada orang-orang yang suka mengejek, menjelek-jelekkan orang lain? Jawabannya sederhana, karena dengan itu mereka merasa lebih baik!

Dalam tataran pikiran waras, kita bisa mengatakan, “Kalau kamu memang tidak suka seseorang, ya sudah, tinggalkan saja. Tidak usah mengikuti akun dia, tidak usah repot-repot membicarakannya.” 

Itu pikiran orang waras. Sayangnya, “orang-orang sakit” tidak berpikir selurus itu.

Kalau kita tidak suka seseorang, kemungkinan besar kita berpikir, “Ah, ngapain ngurusin hidup orang lain. Lebih baik ngurusin hidupku sendiri.”

Kita berpikir seperti itu, kenapa? Karena kita memiliki kehidupan berharga. Kita menghargai hidup, waktu, dan diri kita sepenuhnya.

Sebaliknya, rata-rata “orang sakit” memiliki/menjalani kehidupan menyedihkan—mereka sendiri tidak menghargai diri dan hidupnya. 

Karenanya, alih-alih sibuk mengurusi kehidupan mereka sendiri—yang menyedihkan dan tak berharga—mereka lebih memilih ngerusuhi kehidupan orang lain.

Kalau mereka fokus pada diri dan kehidupan mereka sendiri, mereka menghadapi realitas yang pahit. Mereka sadar—meski mereka tidak akan mengakuinya—bahwa diri dan kehidupan mereka sama-sama menyedihkan. Memfokuskan pikiran pada hal itu hanya akan memberi mereka rasa sakit.

Konsekuensinya, mereka pun memilih untuk memfokuskan pikiran pada kehidupan orang lain, untuk mencari cacat celanya. Jika tidak ada cacat cela yang dapat mereka temukan, mereka akan menciptakannya. Dengan cara mengejek dan menjelek-jelekkan orang lain, mereka merasa lebih baik.

Itulah latar belakang kenapa ada orang-orang yang sampai berkumpul dan bikin forum hanya untuk menjelek-jelekkan seseorang yang bahkan sebenarnya tidak mereka kenal, dan sekaligus tidak mengenal mereka. Orang-orang itu butuh merasa lebih baik, dengan cara memburukkan orang lain.

Ini realitas yang menyedihkan—untuk tidak bilang menjijikkan—bahwa di sekitar kita banyak orang semacam itu; orang-orang yang suka ghibah, membicarakan keburukan orang lain, demi merasa lebih baik. Dalam pikiran mereka, “Kalau dia tampak buruk, aku jadi tampak (merasa) baik.”

Kalau kita menghargai diri dan kehidupan kita sendiri, kita akan lebih sibuk dan lebih suka mengurusi diri dan kehidupan kita sendiri. 

Tapi kalau kita tidak menghargai diri dan kehidupan kita sendiri, kita akan lebih sibuk dan lebih suka ngerusuhi kehidupan orang lain.

Ocehan ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan mungkin baru selesai bertepatan dengan munculnya Dajjal. Tapi ududku habis.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 5 September 2021.

 
;