Ada jenis orang yang tidak kita tahu, dan kita tidak ingin tahu. Lutfi Agizal termasuk dalam kategori itu.
Caper memang hak setiap orang. Tapi cara dia salah sekaligus menjengkelkan.
Tapi Lutfi Agizal sebenarnya masih "lumayan", karena setidaknya dia tidak menyinggung orang per orang.
Yang lebih parah, ada jenis orang yang bermaksud menarik perhatianmu, tapi caranya justru menjengkelkanmu. Itu pola pikirnya bagaimana? Bahkan iblis pun tidak akan tertarik!
Jika tujuan kita adalah berharap mendapat perhatian seseorang, tunjukkan bahwa kita memang layak mendapatkannya. Tentu dengan cara yang positif, bukan malah menyinggung perasaan orang yang kita harap memberikan perhatiannya. Anak SD pun mestinya tahu etiket semacam itu.
Di dunia ini, ada orang-orang yang tidak pernah lupa. Kita menyinggung perasaannya sepuluh tahun lalu, dan dia terus ingat sampai sekarang... meski kita lupa.
Pernah ada kasus seorang aktivis yang mati-matian memoles citranya selama bertahun-tahun, tapi hancur dalam semalam. Dia "berdiri di dua kaki"—terkenal doyan menyerang "produk anu" tapi ternyata diam-diam saling MoU dengan perusahaan "produk anu". Tidak ada yang tahu rahasia itu.
Mungkin rahasia kotor itu akan tersimpan selamanya, dan dunia tidak akan tahu... andai dia tidak menyinggung orang yang salah.
Ceritanya panjang. Intinya, tepat ketika si aktivis itu hampir sampai di puncak kariernya, rahasia kotornya terungkap. Sudah, gitu aja. Kisahnya tamat.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 September 2020.