Sambil nunggu udud habis, aku terpikir untuk ngasih footnote untuk ocehan kemarin, kalau-kalau ada yang keliru memahami.
Konteks ocehan ini adalah kasus Rachel Vennya tempo hari, dan posisi Rachel dalam kasus itu tidak ngapa-ngapain tapi jadi sasaran perundungan. Karenanya, umpama di waktu lain Rachel “ngapa-ngapain” dan bikin masalah, ocehan ini belum tentu relevan.
Konteks ocehan itu juga hanya relevan untuk kasus-kasus serupa; seseorang yang tidak ngapa-ngapain tapi jadi sasaran perundungan atau semacamnya.
Jadi kalau seseorang diserang/dirundung netizen karena melakukan sesuatu yang memang salah, ya isi ocehan itu tidak lagi relevan.
Begitu pun, kalau misalnya orang mengkritik kinerja pemerintah yang dianggap bermasalah, atau mengoreksi kebijakan yang dinilai keliru, atau merundung pejabat yang korupsi, atau bahkan mempermasalahkan sikap seseorang yang dinilai salah, itu sudah di luar konteks ocehan kemarin.
Nyatanya pemerintah memang perlu dikritik agar mawas diri, kebijakan yang dinilai keliru perlu dikoreksi, pejabat yang korupsi bahkan layak dihujat. Dalam keseharian, kita juga kadang melakukan kesalahan, dan orang lain menegur kita—it’s okay, itu baik-baik saja dan tak masalah.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 September 2021.