Kadang kepikiran, ingin membentuk semacam perkumpulan yang isinya kakak-kakak atau anak pertama dari keluarga miskin (kalau bisa cowok semua, dah) yang menanggung beban bertubi-tubi dari keluarga, agar bisa curhat bareng, saling menguatkan, dan komunikasi kami bisa nyambung.
Sebagian teman/kenalanku berasal dari kalangan menengah ke atas. Sebagian lain berasal dari kalangan bawah, lebih khusus lagi yang berasal dari keluarga miskin dan toksik. Tahu yang terjadi? Aku lebih nyambung (relate) saat ngobrol dengan yang terakhir itu.
Salah satu sohibku adalah kawan sejak SMP. Kami sudah berteman bertahun-tahun. Tapi kami gak nyambung kalau membicarakan soal keluarga, dan pandangan kami tentang keluarga kami sendiri di masa depan (kalau menikah kelak). Pasalnya, hidup dia baik-baik saja, khas kelas menengah.
Aku dari keluarga miskin, dan dia dari keluarga menengah. Jarak yang tidak terlampau jauh, kan? Tapi bahkan begitu pun, kami sudah tidak nyambung. Apalagi kalau aku ngobrol dengan teman yang dari kalangan kaya. Lebih gak nyambung lagi. Kami saling "tidak paham" saat mengobrol.
Jadi, kalau ngobrol dengan teman-teman yang beda latar belakang, biasanya kami ngobrol "hal-hal umum", yang sekiranya kami bisa saling paham. Dan, sejujurnya, aku merasa lebih nyaman saat ngobrol dengan teman-teman yang punya latar belakang sama. Kami benar-benar merasa relate.
Saat ini, secara pribadi, sebenarnya aku baik-baik saja. Aku tinggal di rumahku sendiri, punya hal-hal yang kubutuhkan dan kuinginkan, juga punya penghasilan yang memungkinkanku hidup tenang. Tapi "kutukan dari penderitaan masa lalu" kadang membuatku belum bisa baik-baik saja.
Kalian yang tidak berasal dari keluarga miskin [dan toksik] pasti tidak akan paham yang barusan kukatakan. Dan itulah yang juga terjadi pada teman-temanku di dunia nyata, yang tidak pernah mengalami kemiskinan dan penderitaan. Mereka tidak paham yang kukatakan, yang kurasakan.
Dulu aku sempat frustrasi dengan hal ini, karena sulitnya menemukan teman yang bisa diajak ngobrol secara mendalam, dan nyambung. Tapi akhirnya aku menyadari, kami semua memang berbeda, hasil bentukan latar belakang kami, keluarga kami, juga oleh cara membesarkan orang tua kami.
Apa pun, kalau kamu mungkin berasal dari keluarga miskin, dan saat ini sedang berjuang memperbaiki diri dan kehidupanmu, dan kamu memiliki orang tua yang baik, keluarga yang tenteram, kamu termasuk orang beruntung. Aku pun yakin, kamu tumbuh dengan baik, dan itu yang terpenting.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 5 November 2021.