Sabtu, 01 Maret 2025

Perspektif Pembunuhan

Pengantar:

Catatan ini saya tulis pertama kali pada 2022 silam, terkait kasus pembunuhan yang pernah menghebohkan Indonesia. Kasus itu sudah dianggap selesai, para pelakunya sudah dijatuhi hukuman, tapi ada... sesuatu yang membuat saya masih “gatal” memikirkannya.

Saya sempat lupa pernah menulis catatan ini, dan file catatan ini pun “terkubur” di antara tumpukan dokumen dan file lain di komputer. Kemarin, tanpa sengaja saya menemukan catatan ini, membacanya kembali, dan saya masih merasakan “gatal” yang sama. Meski mungkin catatan ini sudah tidak relevan, saya merasa perlu mengunggahnya di blog sebagai pengarsipan atas sesuatu yang [pernah] saya pikirkan.

____________________


TEMPO menulis berita panjang lebar dan kronologis terkait kasus pembunuhan yang pernah bikin geger di Indonesia. Jika benar, kronologi itu bisa dibilang runtut, dari sebelum pembunuhan sampai setelah pembunuhan. Tapi masih ada sesuatu yang sangat gelap; motif!

Apa motifnya? Pelecehan? Dugaan pelecehan telah dihapus karena tidak terbukti. Perselingkuhan? Pelecehan memang berbeda dengan perselingkuhan, tapi ada sesuatu yang tidak match di sini; antara kemungkinan motif (perselingkuhan) dan kasus pembunuhannya.

Dan jangan lupakan fakta bahwa sebelum terbunuh, dia sudah tahu akan dibunuh. Dia sempat menelepon pacarnya, bahkan konon sambil menangis, bahwa dia mendapat ancaman yang berpotensi pembunuhan. Keping puzzle masih berserakan!

Jika merujuk pada kronologi versi TEMPO, kasus pembunuhan itu tampak seperti insidental; sesuatu yang tiba-tiba muncul karena adanya suatu provokasi. Tapi rentetan peristiwa—yang tidak terkaver dalam kronologi versi TEMPO—menunjukkan hal lain.

Ia tewas terbunuh pada 8 Juli 2022. Tetapi, sejak Juni 2022, dia sudah mendapat ancaman pembunuhan, yang ia katakan kepada pacarnya. Bisa melihat sesuatu yang penting di sini? Itu tidak seperti kasus pembunuhan insidental, karena ada jeda sangat lama.

Dan, terus terang, yang sampai sekarang tidak kupahami—karena seperti menabrak logika—adalah lokasi pembunuhannya! 

Sebelum melangkah lebih jauh, sepertinya aku perlu ngoceh terlebih dulu soal “perspektif pembunuhan”, agar kita bisa melihat kasus ini dengan lebih jernih.

Terkait peristiwa pembunuhan, setidaknya ada empat macam kasus yang bisa terjadi. Pertama, aksidental. Kedua, insidental. Ketiga, terencana. Keempat, eksekusi. Empat macam kasus pembunuhan itu memiliki ciri berbeda, dan para kriminolog pasti bisa membedakannya.

“Aksidental” adalah kasus pembunuhan (hilangnya nyawa seseorang) akibat kecelakaan (accident). Misal seseorang mengalami kecelakaan di jalan raya—sebut saja, Si A tanpa sengaja menabrak Si B hingga tewas. Itu termasuk pembunuhan, yang berlatar ketidaksengajaan.

“Insidental” adalah kasus pembunuhan yang dilatari bela diri. Misal seseorang membegalmu di jalan, dan kamu melawan. Terjadi perkelahian, dan si begal tewas. Itu termasuk pembunuhan, karena menghilangkan nyawa orang, tapi dilatari alasan membela diri.

“Terencana” adalah kasus pembunuhan yang direncanakan. Penjelasannya bisa sangat panjang dan rumit, dan kalian bisa membacanya di novel-novel detektif. Biasanya, kasus-kasus yang dihadapi para detektif dalam novel kriminal adalah kasus-kasus pembunuhan terencana.

Terakhir, “eksekusi”. Misalnya kasus di Filipina; orang-orang yang terlibat narkoba dihabisi di mana-mana. Apa perbedaan pembunuhan terencana dengan eksekusi? Pembunuhan terencana biasanya akan diusahakan untuk disamarkan; berkebalikan dengan eksekusi.

Dalam pembunuhan terencana, si pelaku biasanya akan berusaha menyamarkan pembunuhan itu. Bisa jadi ia menenggelamkan korbannya ke sungai, atau menata TKP hingga seolah-olah korban mati karena bunuh diri, dan semacamnya. Beda dengan eksekusi.

Eksekusi adalah kasus pembunuhan yang terang-terangan dilakukan dan ditunjukkan sebagai pembunuhan. Sekarang, terkait kasus pembunuhan yang saat ini ramai dibicarakan, kira-kira jenis mana yang paling cocok? Mungkin “terencana” atau bahkan “eksekusi”!

Kasus pembunuhan itu terjadi karena pelecehan atau perselingkuhan? Jika iya, pikirkan kenyataan sederhana ini; jauh lebih mudah “melenyapkan” si korban tanpa jejak. Tujuan tercapai; si korban tewas/hilang, semua pihak dapat melanjutkan hidup dengan relatif tenang.

Tapi bukan itu yang terjadi, dan di situlah letak keanehannya! Si korban dihabisi di rumah pelaku, didiamkan sampai tiga hari sebelum diumumkan, lalu skenario yang penuh bolong-bolong disebutkan sebagai latar belakang pembunuhan... dan puluhan orang diduga terlibat!

Kasus itu seperti “ledakan puzzle” tak beraturan yang terlempar ke mana-mana, dan masing-masing puzzle membawa tanda tanya. Dan, jika aku boleh mengatakan yang ada dalam pikiranku secara jujur, semua hal terkait kasus itu tampak “salah”. 

“Itu bukan seperti itu”.

 
;