Sabtu, 20 Desember 2025

Pilih Pacaran atau Mengejar Impian

Bagi banyak orang, mengejar cita-cita dan menjalin hubungan pacaran adalah dua hal yang tidak bisa dilakukan berbarengan, karena akan memecah fokus. Padahal kita butuh fokus untuk melakukan pencapaian. Jangankan menggapai sesuatu yang besar, bahkan sekadar menulis catatan ini saja butuh fokus!

Disadari atau tidak, kebanyakan kita sebenarnya diminta memilih; fokus pada tujuan hidup (yang artinya menjauhi hubungan pacaran), atau menjalin hubungan pacaran (tapi harus mengorbankan cita-cita). Sulit mendapatkan keduanya sekaligus.

Bagaimana solusinya? 

Jawaban mudah; solusinya adalah memilih! 

Sayangnya, kehidupan kita sering kali tak semudah itu, kan? Kita ingin menggapai cita-cita dan tujuan hidup, tapi seiring dengan itu juga ingin menjalin hubungan (affection) dengan seseorang. Apes-apesnya, jatuh cinta!

Jatuh cinta itu apes bagi orang yang sedang mengejar impian atau cita-cita. Lebih apes lagi, orang yang membuatnya jatuh cinta juga jatuh cinta kepadanya. Dalam kondisi keapesan semacam itu, banyak dari kita yang “kalah”, kemudian lupa pada impian atau cita-cita, dan memilih pacaran.

Syukur-syukur kalau hubungan pacaran itu membuatnya (mereka) bahagia. Tapi bagaimana kalau tidak? 

Bertolak dari pertanyaan itu, saya memikirkan suatu hubungan yang “bukan sekadar teman, tapi juga bukan pacaran”. Artinya, menjalin hubungan, tapi tidak ada tuntutan.

Apa nama atau sebutan untuk hubungan semacam itu? Entahlah, saya tidak tahu. Jadi, saya membayangkan dua orang saling tertarik, lalu menjalin hubungan spesial—karena sama-sama butuh afeksi—tapi juga tidak mau saling terikat, karena sama-sama sibuk mengejar impian masing-masing.

Bukankah, setidaknya dalam pikiran saya, hubungan semacam itu lebih menyenangkan sekaligus membebaskan? Kita bisa tetap fokus mengejar impian, cita-cita, atau ambisi pribadi, dan seiring dengan itu juga memiliki hubungan spesial tapi tanpa drama dan tuntutan macam-macam.

Apakah di Indonesia ada hubungan semacam itu? Sekali lagi, saya tidak tahu. Tapi, saya pikir, apa salahnya kalau kita—((((kita?))))—coba?

 
;