Di Twitter, ada semacam kecenderungan pada sebagian orang untuk "melihat kepribadian" orang lain melalui tab Likes (Suka) di akunnya. Konon, tab Likes bisa memberitahukan kepribadian si pemilik akun (seperti apa dia sebenarnya). Bisa jadi itu benar, tapi tentu tidak selalu benar.
Memang, banyak dari kita menyimpan "hal-hal yang terkait diri kita" di tab Likes—misal artikel penting, gambar yang indah, pernak-pernik menawan, etc. Me-likes (memasukkan sesuatu ke tab Likes) itu seperti digerakkan alam bawah sadar, semacam representasi yang tidak kita sadari.
Karena latar belakang semacam itu, tab Likes seseorang memang sering kali merepresentasikan dirinya—seperti apa tab Likes-nya, seperti itulah dirinya. Tapi menilai (atau memperkirakan) seseorang hanya berdasarkan tab Likes-nya semata-mata itu sangat riskan, karena rentan keliru.
Dulu, aku pernah mengumpulkan banyak artikel terkait perawatan diri (lebih spesifik; kecantikan). Ada ratusan artikel yang kumasukkan ke tab Likes waktu itu. Jika saat itu ada orang membuka tab Likes di akunku, dan mendapati ratusan artikel kecantikan, kira-kira apa penilaiannya?
Mungkin orang yang membuka tab Likes di akunku waktu itu akan berpikir kalau aku sangat rajin merawat diri (Wrong!). Atau mengira aku bekerja di salon kecantikan (Wrong!). Atau memprediksi aku mengumpulkan banyak artikel itu untuk kutunjukkan ke pacar (Wrong!).
Alasanku mengumpulkan ratusan artikel kecantikan di tab Likes waktu itu, untuk meriset sesuatu yang membuatku penasaran. Yaitu, sebenarnya bagaimana definisi "cantik" di mata wanita? Karena aku mendapati ada perbedaan definisi antara cantik di mata pria dan cantik di mata wanita.
Tak perlu kujelaskan soal itu di sini, karena penjelasannya sangat panjang sekali—mungkin baru selesai tahun 5996. Inti yang ingin kukatakan adalah; yang kita perkirakan terkait orang lain melalui tab Likes di akunnya belum tentu tepat/sesuai seperti yang ada dalam pikiran kita.
Dan hal semacam itu benar-benar pernah terjadi, pernah kualami—itulah kenapa, aku merasa pede menulis ocehan ini.
Dulu, aku pernah me-likes suatu artikel terkait sesuatu, kali ini soal pria. Tujuanku memasukkan artikel itu sepele; nanti kalau selo akan kubaca. Sudah, cuma itu.
Sayangnya, aku tidak segera selo (punya waktu) untuk membaca artikel tadi. Lalu seorang wanita mungkin—dan hampir bisa dipastikan—membuka tab Likes di akunku, dan menemukan artikel itu. Lalu dia merayuku (dalam arti harfiah) dengan "menggunakan" artikel tadi.
And i'm shocked.
Untung ini Twitter. Andai peristiwa itu terjadi di dunia nyata—katakan saja, face to face—kami pasti akan mengalami situasi yang sangat awkward. Dia tidak tahu apa yang dikatakannya; dia hanya mengambil sesuatu dari yang ia kira merepresentasikan diriku, padahal sangat keliru.
“Dont judge a book by its cover.” Mungkin kita juga perlu untuk berhenti menilai (atau mengira, memperkirakan, apalagi menghakimi) seseorang dari tab Likes di akun Twitter-nya. Mungkin itu benar (tab Likes seseorang merepresentasikan dirinya), tapi tidak selalu benar.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 10 Agustus 2021.
