Filsuf Immanuel Kant mengatakan, “Milikilah kepercayaan kepada Tuhan, karena kita membutuhkannya.”
Kita tentu pernah menyaksikan ombak yang bergulung-gulung dan membadai di permukaan laut. Namun jika kita mau menyelam ke dasarnya, maka kita akan menyaksikan bahwa jauh di dalamnya, air laut nampak begitu tenang.
Di dalam hidup yang begitu semrawut dan kacau-balau ini, dibutuhkan suatu ketenangan ‘di dalam’ batin. Dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan, kita akan mampu memperoleh ketenangan hati itu dalam menghadapi semua ombak yang membadai di dunia kita. Tanpa ketenangan berdasarkan keyakinan itu, kita akan gersang dan mudah hancur. Banyaknya orang yang stres dan frustrasi serta menderita penyakit syaraf di jaman ini menunjukkan dengan jelas betapa dunia ini begitu membadai sementara orang-orang yang menghadapinya tidak pernah dapat menemukan ketenangan meskipun itu di dalam dirinya sendiri.
Dr. Alexis Carrel menyatakan, “Mereka yang memiliki dan menyimpan kedamaian di dalam lubuk hatinya di tengah-tengah keributan kota modern akan kebal terhadap penyakit-penyakit syaraf.”
Jika bumi bergerak dan alam semesta berputar, mengapa kita tidak menghubungkan diri kita dengan kekuatan penggerak yang memutar alam semesta ini?
Di dalam Mysticism: A Study in The Nature & Development of Man’s Spiritual Consiousness, Evelyn Underhill menulis, “Ketidaktahuan akan hukum-hukum spiritual adalah perbudakan. Pengetahuan akan hukum-hukum spiritual adalah kemerdekaan. Penerapan hukum-hukum spiritual adalah kearifan.”
Sementara ilmuwan hebat abad dua puluh, Albert Einstein menyatakan, “Emosi paling indah dan syahdu yang dapat kita alami adalah penginderaan hal-hal yang mistik. Ia adalah penabur ilmu pengetahuan sejati. Barangsiapa yang merasakan emosi itu asing, yang tidak lagi dapat merasakan ketakjuban, sama juga dengan mati. Keyakinan emosional yang mendalam tentang hadirnya kekuasaan nalar superior yang muncul di alam raya yang tidak terpahami ini telah membentuk gagasan saya tentang Tuhan.”