Jumat, 10 Mei 2013

Satu-satunya Kepunahan yang Bermanfaat bagi Bumi Hanyalah Kepunahan Manusia (1)

Hei pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikan lakunya, dan jadilah bijak.
Sulaiman


Seperti yang telah saya tulis dalam Nyanyian Bumi, ada tiga makhluk hidup yang mendiami planet ini. Yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan. Tetapi, kalau kita mau jujur, yang paling brengsek di antara ketiga mahluk hidup itu adalah manusia. Manusialah yang mendominasi planet ini, dan mengeksploitasi Bumi sekehendak hati, tanpa memperhitungkan nasib makhluk hidup lainnya—hewan dan tumbuhan.

Padahal, manusia sering mengklaim diri sebagai pemimpin di muka Bumi, yang menentukan nasib planet ini—menjadi lebih baik, atau hancur binasa. Tetapi justru karena klaim sebagai “pemimpin di muka Bumi” itu pulalah, yang menjadikan manusia seenaknya sendiri memperlakukan planet yang menjadi tempat tinggalnya. Ironisnya, meski mengklaim sebagai pemimpin di muka Bumi, kepunahan manusia (jika itu terjadi) justru memberikan efek yang baik bagi Bumi.

Coba kita lihat dari makhluk yang sangat kecil—semut, atau nyamuk. Apa yang akan terjadi jika semut musnah dari Bumi?

Meski tampak kecil dan tak berdaya—karena mudah dibunuh—semut memiliki peran yang amat besar bagi kehidupan Bumi. Semut mencapai dominasi dalam hal jumlah individu dan biomasa hewan daratan. Di habitat alaminya, semut memiliki peran ekologis yang penting. Pada ekosistem daratan, semut adalah pemangsa utama terhadap invertebrata kecil. Setiap hari, semut juga menggali sejumlah besar tanah, sehingga menyebabkan terangkatnya nutrisi tanah.

Kemudian, semut membentuk simbiosis dengan berbagai serangga, tumbuhan, dan fungi. Tanpa bersimbiosis dengan semut, organisme tersebut akan menurun populasinya, hingga punah. Selain sebagai pemangsa, semut juga menjadi mangsa yang penting bagi berbagai serangga, laba-laba, reptil, burung, kodok, bahkan bagi tumbuhan karnivora.

Semut telah menjejakkan kaki-kaki kecilnya di Bumi sejak 90 juta tahun yang lalu, mendahului manusia yang baru muncul sekitar 250.000 tahun lalu. Peran yang dijalankan semut sedemikian penting, sehingga jika semut punah maka ribuan spesies hewan dan tumbuhan akan ikut punah. Bahkan lebih dari itu, hampir semua ekosistem daratan akan melemah, karena berkurangnya kompleksitas ekosistem.

Pendeknya, semut yang tampak kecil dan tak berdaya itu memiliki peran yang amat besar dalam mata rantai kehidupan di Bumi—dari menyuburkan tanah, sampai menjamin kelangsungan ekosistem di alam. Punahnya semut akan berpengaruh bagi kehidupan hewan lain, tumbuhan, dan manusia.

Itu baru semut.

Sekarang kita lihat hewan kecil lainnya. Nyamuk. Pada saat ini, diperkirakan ada 3.500 spesies nyamuk yang ada di Bumi, dan hanya ratusan spesies yang menyerang manusia. Apa yang akan terjadi jika nyamuk musnah dari muka Bumi?

Punahnya satu makhluk pasti berdampak pada ekosistem secara keseluruhan. Jika nyamuk punah, dampak paling besar yang akan segera terjadi ada di habitat tundra (padang es) di Kutub Utara. Tempat itu merupakan sarang terbesar spesies nyamuk Aedes impiger dan Aedes nigripes. Mereka adalah salah satu makanan kesukaan para burung. Jika mereka punah, maka migrasi burung akan berkurang hingga 50 persen—karena berkurangnya makanan.

Migrasi satwa lain juga akan terpengaruh, antara lain karibu (sejenis rusa kutub). Ribuan karibu yang sebelumnya menghindari gigitan nyamuk akan segera menyerbu wilayah tundra, dan hal itu pasti akan diikuti para serigala yang merupakan predator utama para karibu.

Kemudian, spesies ikan pemakan nyamuk, Gambusia affinis, juga akan terancam punah jika nyamuk sudah tidak ada. Punahnya ikan ini sedikit banyak akan berdampak pada rantai makanan yang terjadi di perairan air tawar.

Yang lebih penting lagi, larva atau jentik nyamuk turut berperan dalam penguraian sampah organik. Ketika berada di genangan air, jentik-jentik nyamuk mendapatkan nutrisi untuk tumbuh dari sisa-sisa tanaman yang membusuk. Itu baru sebagian kecil yang mungkin akan terjadi jika nyamuk benar-benar punah dari muka Bumi.

Karena nyamuk, di dunia terjadi korban kematian manusia akibat malaria setiap tahun. Jika tidak ada nyamuk, akan terjadi kekacauan pada ekosistem di planet yang jauh lebih parah, sehingga berpotensi menimbulkan dampak yang lebih buruk, karena rusaknya ekosistem dan kacaunya rantai makanan.

Lanjut ke sini.

 
;