Kamis, 01 Agustus 2013

Tegang di YouTube

Si Iwan ini kalau nyanyi fasiiiiih banget.
Dia pasti menguasai tajwid, hingga bisa membedakan
idghom bighunah dan idghom bilaghunah.
@noffret


Di Malaysia ada penyanyi bernama Iwan, dan salah satu lagunya yang populer berjudul “Wulan”. Saya sukaaaaaaaaa banget lagu itu. Selain easy listening, lirik lagu itu mudah dihafalkan. Dulu, si Iwan ini pernah bikin geger dunia waktu dia mengumpulkan cewek-cewek dari berbagai negara—termasuk India dan Indonesia—untuk bikin album keroyokan dengannya. 

Meski musik awalnya tidak ber-genre dangdut, album keroyokan bersama cewek-cewek itu menggunakan konsep dangdut, sehingga menjadikan nama Iwan dikenal sebagai “raja dangdut” di Malaysia. Setelah sukses dengan album dangdut keroyokan itu, Iwan kemudian menyanyikan ulang lagu-lagu Rhoma Irama, dan hasilnya juga tidak mengecewakan.

Nama lengkapnya Iwan Syahman (kadang ditulis Iwan Salman). Penampilannya mirip cowok-cowok yang biasa nyangkruk di depan gang komplek saya. Meski secara fisik mungkin dia tak bisa dibilang istimewa, tapi Iwan memiliki suara yang sangat bagus ketika menyanyi. Selain itu, dia juga hebat dalam mencipta lagu dan mengaransemen musik. Karenanya tidak heran kalau dia menjadi salah satu penyanyi top Malaysia.

Nah, belum lama, saya mendengar kalau si Iwan telah “bertaubat”. Maksud saya, dia tidak lagi menyanyi dangdut dan berjoget dengan cewek-cewek, tapi telah beralih menjadi pencipta dan penyanyi lagu-lagu islami. Kabar itu membuat saya sangat penasaran. Sebagai penggemar lagunya, saya tentu ingin tahu seperti apa penampilannya sekarang, dan sebagus apa dia menyanyikan lagu-lagu islami.

Maka saya pun dolan ke YouTube, dan searching semua video tentang Iwan. Dalam sebuah video, Iwan diwawancarai stasiun televisi Malaysia, dan menyatakan dia memang telah “bertaubat”. Dalam bahasa Melayu khas Malaysia, Iwan menjelaskan bahwa dia “lebih tentang, hatinya lebih tenteram, setelah menyanyikan lagu-lagu yang mengingatkannya pada Tuhan.” Penampilannya sekarang pun tampak lebih kalem, dengan rambut tercukur rapi, serta sikap yang lebih tenang.

Saya ikut senang dengan pilihan Iwan. Lebih senang lagi ketika saya mulai menikmati lagu-lagunya yang sekarang. Terus terang, saya bukan penyuka lagu-lagu nasyid. Tapi saya langsung jatuh cinta ketika mendengar lagu-lagu islami yang dinyanyikan Iwan. Lagu-lagu islami ala Iwan mungkin tidak bisa disebut nasyid, tapi alunan musik dan lirik lagunya luar biasa menyentuh hati saya. Hal itu tentu karena ditunjang suara Iwan yang sejak awal telah saya sukai.

Salah satu lagu yang sangaaaaaaaaaat saya suka berjudul “Nasihah”. Lagu ini mengisahkan tentang kesendirian orang di alam kubur, ketika tidak ada siapa pun yang dapat dimintai tolong, ketika anak, istri, dan harta milik tak bisa membantu, ketika orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya selama hidup di dunia. Isi lagunya sangat menyentuh. Dan ketika dinyanyikan oleh Iwan yang suaranya sangat magic itu, hasilnya mampu membuat saya menangis.

Jadi saya pun terisak sambil menyaksikan video klip lagu itu di YouTube, menikmati alunan suara Iwan yang lembut namun menggedor kesadaran, membuat saya tiba-tiba merisaukan betapa banyaknya dosa dan kesalahan yang mungkin telah saya lakukan. Lagu itu membuat saya ingin segera bertaubat, rajin beribadah, bahkan saya sempat membayangkan untuk segera mencari istri yang salihah, untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah, dan memiliki anak-anak salih yang kelak akan mendoakan orang tuanya.

Alam kubur, kau tahu, adalah cara paling ampuh untuk mengingatkan manusia agar bertaubat. Bahwa manusia tidak hidup selamanya. Bahwa sepanjang apa pun usia, seseorang akhirnya akan sampai pada kematian. Bahwa sebanyak apa pun harta yang dimiliki di dunia, setiap orang akan terbaring dalam kegelapan tanah yang sempit. Bahwa sebanyak apa pun keluarga dan teman, setiap kita akan terbujur dalam kegelapan, sendirian.   

Dan Iwan menyanyikan lagu tentang alam kubur itu dengan kefasihan setingkat tajwid. Efeknya sangat menyentuh. Sampai akhirnya lagu itu berakhir, saya masih terisak, membayangkan alam kubur, siksa kubur, dan kesendirian di alam kubur. Sementara layar YouTube menawarkan beberapa video lain, saya mengambil tisu untuk mengusap air mata di wajah.

Lalu saya membuat teh hangat. Dan merokok. Saya perlu menenangkan diri.

Duduk di depan layar monitor sambil mengembuskan asap rokok, saya mulai menggerakkan mouse, dan meng-klik beberapa video yang ditawarkan YouTube. Beberapa video kelihatan tidak menarik, dan saya terus mencari video yang bagus. Sampai kemudian, entah bagaimana asal-usulnya, pencarian saya sampai pada video Mella Anjani alias Mella Barbie.

Para pecinta dangdut pasti kenal Mella Barbie. Wanita ini dulunya penyanyi panggung dari kampung ke kampung, sampai kemudian ada produser yang membawanya ke layar televisi, karena mungkin dinilai memiliki daya jual. Kisahnya tak jauh beda dengan Inul Daratista yang dulu pernah membuat heboh itu. Sama seperti Inul, Mella Barbie juga punya goyangan maut, bahkan lebih “hot” dibanding Inul. Penampilannya di televisi sudah “diperhalus”, penampilannya di panggung jauh lebih panas.

Nah, di YouTube, saya sampai pada video-video yang menampilkan konser Mella Barbie di berbagai tempat. Tanpa sadar, saya pun menikmatinya. Wanita ini memang berbeda dibanding penyanyi-penyanyi panggung lain. Ketika menyanyi dan bergoyang di atas panggung, Mella Barbie tampak percaya diri, sangat yakin bahwa dirinya memang layak dilihat dan diperhatikan. Kenyataannya memang begitu.

Jika kita jeli, kita pasti akan melihat perbedaan mencolok antara Mella Barbie dengan penyanyi panggung lain yang sama-sama wanita. Kebanyakan penyanyi lain tampak tidak yakin dengan penampilannya sendiri. Hal itu dibuktikan dengan seringnya mereka membenahi rambut, menyentuh rambut, atau semacamnya. Mella Barbie tidak melakukan itu. Ia percaya diri, ia benar-benar yakin penampilannya sudah cantik, dan ia pun menyanyi serta bergoyang dengan enjoy.

Dan goyangannya itu... omigod, benar-benar memanjakan mata penontonnya. Ditunjang fisik yang menggoda serta wajah yang innocent, goyangan panas Mella Barbie benar-benar membuat saya terlena. Maka tanpa sadar saya pun meng-klik video demi video yang menyajikan aksi panas Mella Barbie di atas panggung. Dan diam-diam saya tidak ingat lagi pada alam kubur, siksa kubur, atau pun hal-hal lain seputar kubur. Yang ada, celana saya makin terasa sempit.

Betapa besar pengaruh video di YouTube, pikir saya. Sebuah video bisa membawa penontonnya untuk mengingat alam kubur dan segera bertaubat, video lain bisa melenakan penontonnya untuk menikmati goyangan pantat. Sebuah video bisa membuat orang menangis, sementara video lain membuat orang merasakan celana menyempit.

Dan ada jutaan video di YouTube. Setiap hari, ada banyak orang mengunggah aneka macam video ke situs itu, dengan berbagai macam isi, dengan beragam motivasi. Dari yang sekadar ingin berbagi, sampai tujuan-tujuan lain tersembunyi. Dari yang ingin terkenal, sampai ingin membuat penontonnya tegang. Dan kita menontonnya, hari demi hari, menikmati semua yang ada di sana, melumat tontonan apa saja yang tersedia.

Meski YouTube kadang memberikan warning untuk video-video tertentu, tapi mereka bukan lembaga sensor. Artinya, YouTube percaya bahwa penontonnya bertanggung jawab pada dirinya sendiri, dan setiap orang yang mengakses situs tersebut dianggap telah memahami hal itu. Mau memilih video yang bagus atau yang buruk, pilihannya ada di tangan setiap penonton. Mau menonton bokep atau menikmati lantunan ayat suci, semua orang bebas di sini.

Dan sekarang, saya membayangkan bertahun-tahun mendatang, ketika saya telah memiliki anak-anak. Di rumah, mungkin saya—sebagai orang tua—bisa mengontrol tontonan mereka, memilihkan mana yang layak dan mana yang tidak, bahkan membatasi waktu mereka menonton televisi.

Tapi di internet, di YouTube, siapa yang akan melakukan itu? Siapa yang kelak akan menjaga dan melindungi anak-anak saya ketika mereka mulai membuka laptop atau ponselnya, lalu mengakses YouTube dan menyaksikan segala isinya...?

Teknologi selalu memiliki dua mata pedang, kata orang-orang. Mereka benar. Dan, bagi saya, dua mata pedang itu mengingatkan pada alam kubur, satunya lagi membuat kita lupa alam kubur.

 
;