Jumat, 26 Desember 2014

Perlu Berkerendap

Jalanan ramai, waktu itu. Para pengendara mobil dan sepeda motor harus menepi dan berhenti, untuk membiarkan rombongan pawai yang menyita badan jalan. Entah pawai apa. Yang jelas, orang-orang berpawai cukup panjang, sebagian membawa obor menyala, ada yang menabuh drum band, membawa spanduk, bendera, dan lainnya.

Beberapa orang mengatur lalu lintas, dengan ekspresi seolah dunia akan kacau kalau mereka tidak mengaturnya. Beberapa orang mendahului pawai tapi kemudian berhenti, dengan ekspresi seolah pawai itu akan rusak berantakan kalau mereka tidak berhenti. Beberapa lainnya menonton—orang tua, para remaja, anak-anak. Di atas, tampak sekelebat beberapa burung yang mungkin heran melihat kegiatan manusia di jalanan ini.

Di tengah-tengah keramaian itu, seorang bocah bertanya pada lelaki tua yang tampak gila, “Ada apa ini sebenarnya?”

Lelaki-tua-yang-tampak-gila menjawab, “Entahlah. Kadang-kadang orang perlu berkerendap.”

....
....

Ketika iring-iringan pawai itu telah menjauh, dan lalu lintas kembali lancar berjalan, saya melaju perlahan-lahan sambil mengingat kalimat tadi, “Kadang-kadang orang perlu berkerendap.”

 
;