Ada orang-orang yang tidak tahu harus melakukan apa, semata-mata
karena memang tidak tahu caranya. Lalu kita marah pada mereka.
—Twitter, 10 Juni 2015
Ada orang-orang mengagumkan yang bisa membuat hal-hal hebat, tapi
tidak bisa membetulkan genteng yang bocor. Dan kita marah pada mereka.
—Twitter, 10 Juni 2015
Seorang profesor yang hebat di kelas bisa berubah menjadi orang aneh
dan kaku di pesta perkawinan. Biasa saja, tidak ada yang sempurna.
—Twitter, 10 Juni 2015
Mungkin seseorang bisa melakukan seratus hal hebat. Tapi bukan berarti
dia pasti dapat melakukan seribu hal lainnya. Kenapa harus marah?
—Twitter, 10 Juni 2015
Aku bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan banyak orang. Tapi
aku juga tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukan banyak orang.
—Twitter, 10 Juni 2015
Bagimu, mendatangi seseorang lalu mengajaknya bercakap mungkin mudah.
Bagiku, itu setara dengan kesulitan memecah Laut Merah. Butuh mukjizat.
—Twitter, 10 Juni 2015
Saat ingin bicara dengan seseorang, sering kali aku membutuhkan
persiapan yang jauh lebih lama dibanding persiapan menghadapi ujian.
—Twitter, 10 Juni 2015
Bagiku, mengerjakan soal-soal rumit dan memusingkan jauh lebih mudah
daripada membuka percakapan dengan seseorang yang belum terlalu kenal.
—Twitter, 10 Juni 2015
Kita sering tidak adil kepada orang lain, karena menakar segalanya
dengan ukuran diri kita sendiri. Setiap orang tidak diciptakan sempurna.
—Twitter, 10 Juni 2015
Ada orang bisa menerbangkan pesawat, tapi tidak bisa naik sepeda.
Kita tidak punya alasan marah kepadanya, karena hidupnya bukan hidup kita.
—Twitter, 10 Juni 2015
Orang tidak akan pernah melihat aku pedekate pada siapa pun. Karena aku
memang tidak tahu caranya. Aku memulai segalanya dengan pertemanan.
—Twitter, 10 Juni 2015
Aku bisa menjadi teman bercakap untukmu. Tetapi, kalau kau ingin
berbicara denganku, caranya cuma satu. Jangan menungguku menyapamu.
—Twitter, 10 Juni 2015
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.