Di samping rumah saya ada hamparan batu—rata-rata seukuran genggaman tangan—dan selama bertahun-tahun saya tidak pernah mengajak omong mereka. Padahal, bisa dibilang, kami tinggal serumah.
Ketika menyadari hal itu, saya merasa perlu sesekali berbicara pada mereka—batu-batu tersebut. Jadi, suatu kali, saya berjongkok, dan menyentuh salah satu batu yang terhampar di sana, dan berkata, “Kalau dipikir-pikir, sebenarnya sepele.”
Batu-batu diam saja, karena mereka batu. Tapi saya lega. Karena akhirnya saya bisa berbicara, bahwa—kalau dipikir-pikir—sebenarnya sepele.