Dalam bekerja, aku punya prinsip yang tak bisa diganggu gugat: Selama bekerja, fokuslah pada pekerjaanmu, dan jangan terdistraksi oleh apa pun.
Karena itulah aku lebih suka bekerja sendiri di rumah, untuk meminimalkan gangguan tidak penting, seperti ajakan ngobrol di sela kerja.
Kalau kita bekerja tanpa fokus, artinya kita tidak menghargai pekerjaan yang kita lakukan. Kalau kita tidak bisa menghargai pekerjaan yang dilakukan, pantas kalau kita juga tidak mendapat penghargaan layak atas sesuatu yang kita kerjakan. Tidak dipecat saja sudah bagus.
Setiap kali ingin merenovasi rumah, aku punya tukang-tukang andalan, yaitu mereka yang bisa bekerja tanpa banyak bacot, tanpa banyak ngobrol selama bekerja. Mereka menghargai pekerjaannya, dan aku pun menghargai pekerjaan mereka. Orang-orang semacam itu layak dibayar mahal.
Masalah umum manusia umum adalah ketidakmampuan khusyuk dalam hal apa pun yang mereka lakukan. Waktu kerja, pikirannya ada di rumah. Waktu di rumah, pikirannya ada di kantor. Waktu ibadah, pikirannya ada di kafe. Waktu di kafe, pikirannya ada di ponsel. Pantas mereka jadi "umum".
Hidup adalah pilihan, dan kebanyakan orang memilih untuk menjadi umum. Padahal menjadi umum artinya menjalani kehidupan tanpa makna. Dan ketika mereka menyadari hidup terasa tanpa makna, mereka menyalahkan orang lain. Padahal masalahnya pada mereka sendiri, karena memilih "umum".
"Seperti umumnya orang-orang," kata mereka—oh, well, seperti umumnya orang-orang! Dan seperti apakah umumnya orang-orang? Jawabannya sangat menggelikan, untuk tidak menyebut mengerikan!
Semoga kau mendapat petunjuk, dan Tuhan menyelamatkanmu dari menjadi bagian orang-orang umum.
Sebagai penutup "ocehan Jumat" yang katanya berkah ini, berikut adalah pelajaran paling dasar (dan seharusnya paling mudah dilakukan) untuk menjalani hidup yang khusyuk.
Hidup yang Khusyuk » https://bit.ly/2kHH9hu
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 September 2019.