Ribut-ribut soal video "lelang" untuk 17 Agustus kemarin, aku jadi ingat "video setan" yang bermunculan di medsos, khususnya di Twitter, saat menjelang pemilu pilpres tempo hari. Kalian mungkin juga masih ingat. Sejak melihatnya, aku tidak nyaman dengan video-video itu.
Bagi yang mungkin lupa atau tidak tahu, "video setan" yang kumaksud adalah video terkait pilpres waktu itu, yang melibatkan tokoh setan, dengan pesan yang sekilas menyeru "perdamaian", tapi sebenarnya kampanye terselubung. Kalau kita cukup peka, pasti akan menyadari pesannya.
Dalam video-video itu, sosok setan—semacam pocong dan semacamnya—diubah menjadi sosok lucu, konyol, dan "bersahabat". Secara keseluruhan, video-video itu dibuat untuk segmen yang tertarget; gEneRa5i m1lL3niAl, rEm4ja kEK1nIan, dan... tentu saja, pemilih (pilpres) pemula!
Jika ditelusuri, video-video itu bermula dari akun-akun buzzer, atau akun-akun yang memiliki banyak follower. Kebanyakan orang mengira video-video itu dibuat orang-orang iseng, yang lalu disebar tanpa maksud terselubung, selain hanya untuk hiburan. Sayangnya, tidak begitu!
Sampai di sini, aku ingin ngomong sesuatu secara ngablak, tapi gak enak.
Intinya, video "lelang 17 Agustus" kemarin menggunakan modus yang sama dengan video-video setan terdahulu. Tampak "biasa", tapi sebenarnya tidak "sebiasa" yang mungkin kita lihat—kalau kau paham maksudku.
....
....
Kalau hari ini ada 50 orang berkumpul, dan setengah tahun kemudian 50 orang itu melakukan hal yang sama sendiri-sendiri, orang-orang lain mungkin tidak akan melihat kaitannya, karena ada selisih waktu setengah tahun, dan mereka mungkin sudah lupa. Sayangnya, aku tak pernah lupa.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 19 Agustus 2019.