Hari ini aku kehilangan salah satu guru yang kuhormati, dosenku di kampus dulu. Aku biasa memanggilnya Pak Musofa, dan dulu kami sering mengobrol sambil udud, sampai larut malam. Tadi pagi dia meninggal, dan aku merasa sangat kehilangan.
Namanya Musofa Basyar. Dia masih muda, sangat cerdas, dan menggeluti bidang hermeneutika. Dia juga sangat dekat dengan para mahasiswa, dan senang menikmati diskusi serta mengobrol bersama kami. Di acara diskusi-diskusi itulah, aku mulai dekat dan akrab dengannya.
Sebenarnya, dia tidak mengajarku di kampus, karena tidak ada mata kuliah yang diampunya di fakultasku. Kedekatan kami terbina di luar kampus, khususnya di MSC (Moslem Student Center), tempat yang menjadi semacam "kawah candradimuka" para mahasiswa yang memang senang belajar.
Di MSC, ada banyak malam yang kami lalui dengan diskusi, mengobrol, tertawa, dan menikmati udud. Aku menghormatinya sebagai guru, sekaligus mengaguminya sebagai teman diskusi yang mencerdaskan. Dia senang berdiskusi dengan para mahasiswa, yang menjadikan kami dekat dengannya.
Kemarin malam dia memimpin diskusi sampai larut, dan pagi tadi dia pingsan. Sempat tersadar kembali, dan dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sadar, bahkan bisa berjalan kaki ke IGD, tapi beberapa saat kemudian meninggal. Kematian yang mudah dan indah untuk seorang pembelajar.
Selamat jalan, Pak. Semoga kelak kita bisa kembali belajar bersama seperti dulu, berdiskusi seperti dulu, dan mengobrolkan banyak hal, dan bercanda, dan tertawa, dan menikmati udud...
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 Desember 2019.