Selasa, 01 Februari 2022

Covid 19, dari Sudut Pandang Lain

Mumpung selo, dan sambil nunggu udud habis, aku jadi kepikiran untuk melanjutkan ocehan tempo hari, tentang Covid-19, dengan sudut pandang lain.

Dulu, ketika virus Covid-19 mulai mengamuk di Amerika, dan korban-korban berjatuhan, Donald Trump—presiden AS waktu itu—menuduh kalau virus tersebut hasil ciptaan manusia di laboratorium. Tapi tidak ada yang percaya, tentu saja, karena Trump dinilai agak “sinting”.

Bisa jadi, ocehan Trump waktu itu—soal virus diciptakan di laboratorium—hanyalah efek kemarahannya akibat kerugian besar yang diderita AS gara-gara Covid-19, dari kerugian kesehatan, ekonomi, sampai sosial. Artinya, ocehan Trump waktu itu kemungkinan tidak berdasar bukti valid.

Karena latar itu pula, media-media internasional waktu itu diminta “mengerem”, agar tuduhan Trump tidak mengalir liar. Hasilnya, efek tuduhan Trump hanya bergema di media sosial, yang belakangan bahkan dibungkam oleh pihak penyedia platform karena dinilai “hoax” dan meresahkan.

Ada semacam orkestrasi, waktu itu, bahwa apapun statemen dari siapa pun yang mengarah tuduhan “Covid-19 direkayasa manusia atau dihasilkan laboratorium” harus diabaikan. Bahkan Facebook ikut dalam orkestrasi itu terang-terangan, dan kalian mungkin sudah membuktikan sendiri.

Di masa-masa itu, tiap kali ada orang (pengguna Facebook) yang menulis postingan tentang “kemungkinan Covid-19 dibuat manusia” akan dihapus oleh sistem Facebook. Praktis, di waktu-waktu itu, media yang menulis topik tersebut biasanya [dan dinilai] media abal-abal.

Tapi sekarang sesuatu telah terjadi... media-media internasional sekarang dibebaskan—dalam arti sebenarnya—untuk menulis kemungkinan itu, bahwa Covid-19 hasil rekayasa manusia. Artinya, para investigator kali ini punya “kebebasan mutlak” untuk mengorek/mengungkap apa pun.

Tempo hari, pada Rabu, 26 Mei, Facebook bahkan ikut mengubah kebijakannya; mereka tidak lagi menghapus postingan yang berisi hal itu. Mark Zuckerberg sendiri yang mengatakan, bahwa “kami tidak akan lagi melarang postingan yang menunjukkan Covid-19 adalah buatan manusia.”

Semua perubahan itu berawal dari Joe Biden, Presiden AS, yang telah menunjukkan sikapnya, bahwa “memang ada kemungkinan Covid-19 hasil buatan manusia”, dan dia meminta “penyelidikan lebih lanjut” untuk benar-benar tahu asal usul pandemi yang telah merusak negaranya [dan dunia].

Meski Covid-19 terkait dengan kesehatan, investigasi tentang hal itu jauh lebih rumit dari yang mungkin kita bayangkan. Orang-orang yang masuk dalam urusan ini tidak hanya melakukan investigasi terkait asal usul virus itu muncul, tapi sampai melibatkan satelit untuk identifikasi.

Ilustrasi mudahnya, kita harus tahu “siapa sedang ada di mana” di waktu-waktu tertentu, dan “sedang melakukan apa”—terkait kemunculan virus tersebut, hingga menulari Si A dan seterusnya. Dengan biaya berskala raksasa, investigasi semacam itu akan menemukan “apa yang dicari”.

Dan apa yang akan terjadi setelah “apa yang dicari” itu akhirnya benar-benar ditemukan? Jawabannya tidak terlalu mengkhawatirkan, karena bagaimana pun itu fakta yang dihasilkan proses investigasi. Yang mengkhawatirkan adalah... jika hasil akhirnya tergantung Joe Biden.

Itulah kenapa aku menulis ocehan ini.



*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 Juni 2021.

 
;