Kalian gak suka buah apa?
—@VICE_ID
Buah bibir.
—@noffret
"Buah bibir", kita tahu, adalah ungkapan untuk "bahan/topik pembicaraan". Omong-omong soal buah bibir...
Sambil nunggu udud habis.
Pernah aku baca Quora, karena tak sengaja nemu artikel tentang “apa pendapatmu tentang artis anu”. Dari situ, muncul pendapat dari banyak Quoran (pengguna Quora), dari satu artis ke artis lain, dan begitu seterusnya, dan ada banyak hal yang mungkin kurang enak, yang lalu terkuak.
Beberapa Quoran menceritakan pengalaman bertemu langsung dengan artis-artis/selebritas tertentu, dan mereka mendapat kesan negatif. Rata-rata menceritakan, “Ternyata artis anu cuma kelihatan ramah di televisi/media sosial. Waktu ketemu langsung, ternyata sombong!” Dan semacamnya.
Waktu membaca pengalaman-pengalaman itu, aku positive thinking saja. Bisa jadi, artis yang dituduh judes/sombong itu kebetulan sedang stres atau banyak pikiran, sehingga sulit beramah-tamah. Atau sedang terburu-buru. Atau sedang bad mood. Bisa jadi dia aslinya baik dan ramah.
Terlepas apakah artis/selebritas/orang terkenal yang dibahas di Quora memang ramah atau tidak, pendapat-pendapat itu jadi salah satu latar belakang kenapa aku memilih menjadi “orang tak dikenal”. Karena, setidaknya menurutku, jadi orang terkenal itu berat—aku tidak akan mampu.
Orang yang terkenal—sebenarnya, istilah yang lebih tepat adalah “orang yang dikenal”—harus selalu siap memasang wajah ramah, murah senyum, kapan pun, di mana pun, saat berhadapan dengan siapa pun. Terlepas apakah kau artis, penulis, selebgram, YouTuber, kau harus begitu!
Karena kalau kau tidak tersenyum, orang-orang yang mengenalmu akan kecewa. Kalau kau tidak menunjukkan sikap ramah, mereka bisa sakit hati.
Pengalaman-pengalaman yang kubaca di Quora menunjukkan hal itu. Hanya karena artis anu tidak tersenyum, ada yang kecewa dan terluka.
Dalam hal itu, aku menyadari, aku tidak mampu menjadi orang terkenal (dikenal). Aku tidak mampu jika harus selalu memasang wajah ramah, murah senyum, pandai berbasa-basi dengan siapa pun—aku tidak punya kemampuan semacam itu! Atau mungkin punya, tapi kemampuan itu sudah hilang.
Saat ini, misalnya, aku sedang khusyuk mengerjakan sesuatu yang sangat menguras pikiran, dan aku terus menerus stres. Ketika stres, wajahku seperti orang marah (murung). Kalau aku ketemu seseorang, dia pasti akan mengira aku marah kepadanya—padahal aku sedang stres karena kerja.
Hanya karena itu, aku sampai memilih tidak keluar jika kebetulan sedang ada tetangga di depan rumah. Karena, kalau aku keluar, aku tentu harus menyapanya. Jika aku menyapa dalam kondisi stres—dan mukaku seperti orang marah—dia bisa salah sangka, dan mengira aku marah kepadanya.
Dulu ada tetangga yang datang ke rumah untuk suatu keperluan. Dia mengetuk pintu, dan aku pun ke depan untuk membukakan. Kebetulan, waktu itu, aku sedang stres, jadi mukaku kayak orang marah. Si tetangga ini kelihatan tidak enak, karena mungkin mengira aku marah kepadanya.
Dengan latar semacam itu—sering stres hingga wajah seperti orang marah—aku jelas tidak berbakat jadi orang terkenal! Kalau sedang stres, aku benar-benar kesulitan untuk memasang wajah ramah, apalagi tersenyum, apalagi basa-basi dengan orang lain. Untunglah, aku bukan siapa-siapa.
Ocehan ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan mungkin baru selesai tahun 8445. Tapi admin Vice—yang bikin pertanyaan tadi—pasti sudah mokat. Jadi percuma juga kulanjutkan.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 3 September 2021.