Sebagai hetero, kadang aku mikir hubungan cowok-cewek tuh emang ribet, bahkan rumit. Cowok mau ngajak ngewe, misalnya, harus mutar-mutar dulu; ngajak ngamer, lah. Ngajak ngafe, lah. Ngajak karaoke, lah. Padahal tujuannya ya ngajak ngewe. Dan si cewek bisa jadi sebenarnya paham.
Kenapa cowok tidak to the point aja, mengatakan langsung kalau dia ngajak ngewe? Karena si cewek mungkin akan ngamuk! Jadi, meski sama-sama paham dan sama-sama mau, cowok harus mutar-mutar dulu, karena cewek biasanya menuntut gitu. Pokoknya, semakin mutar-mutar semakin baik.
Ya suka-suka mereka, sih, wong mereka yang melakukan. Kalau memang sudah sama-sama dewasa dan sama-sama mau, ya itu urusan mereka. Cuma, aku males aja kalau harus gitu. Ribet! Yang dituju sebenarnya Z, tapi harus mutar dulu dari A ke B, lalu ke C, dan seterusnya. Gak ada waktu!
Kalau dipikir-pikir, latar belakang semacam itulah yang melahirkan aksi "modus" yang banyak dilakukan cowok-cowok. Mereka gak [bisa] terus terang mengatakan maksudnya (dalam kasus ini ingin ngewe), jadi mereka mutar-mutar pakai aneka modus dan rayuan, demi maksudnya tercapai.
Kalau cowok to the point ngemeng ingin ngewe, si cewek pasti nolak, bahkan bisa jadi akan ngamuk. Tapi kalau cowok pakai modus dan rayuan dulu—disertai janji-janji indah—bisa jadi si cewek mau. Tapi kalau sejak awal tujuannya cuma ingin ngewe, akhirnya si cewek merasa tertipu.
Consent itu penting, tapi kalau sesuatu terjadi berdasarkan modus dan rayuan dan aneka janji, di situ tidak ada consent, karena salah satunya terpedaya. Consent baru terjadi ketika dua pihak sama-sama tahu dan sama-sama sadar mengenai apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi.
Ketika si cowok ngewe sebatas ngewe, sementara si cewek berpikir mereka akan pacaran atau menikah, misalnya, maka itu bukan consent! Kalau mau pakai perbandingan, ONS bahkan lebih layak disebut aktivitas yang dilakukan dengan consent, karena keduanya menyadari apa yang terjadi.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 Januari 2020.