Jumat, 10 Mei 2024

Startup, Investasi, dan Bakar Uang

Habis mandi, nyeruput cokelat hangat, udud, dan teringat sesuatu.

Bagi yang sudah kenal (akrab) internet sebelum tahun 2000, kemungkinan besar kenal AstagaCom dan KafegaulCom. Dua portal yang merupakan saudara kandung itu dulu tenar banget di dunia maya. Pengguna internet sepertinya belum dianggap gaul kalau belum kenal dua situs itu.

Di luar dua portal itu, ada situs-situs lain yang sama populer, di antaranya KoridorCom, IndoexchangeCom, dan PlasaCom. Mereka semua pernah jaya di zamannya, dan mungkin tidak ada satu pun dari mereka yang pernah berpikir bahwa suatu saat akan kolaps!

AstagaCom bubar di tengah jalan. Pernah bangkit lagi, bubar lagi. Bangkit lagi, dan bubar lagi. Konon, situs ini sudah menghabiskan 6 juta dolar, untuk upaya memperpanjang hidup, meski tetap kolaps. Sekarang AstagaCom memang bangkit lagi dan masih aktif, tapi tidak sebesar dulu.

Sementara saudara kandungnya, KafegaulCom, sampai sekarang masih kolaps, dan tak pernah bangkit lagi. Nama domainnya dijual seharga 1.700 dolar, tapi tampaknya tidak laku. Padahal dulu, di era jayanya, nilai situs ini pasti sangat tinggi.

Nasib serupa dialami IndoexchangeCom yang sekarang juga kolaps dan lenyap. Begitu pula KoridorCom yang ambruk meski telah menghabiskan biaya 2 miliar untuk pembangunannya. KoridorCom memang masih aktif, tapi sudah berbeda dengan yang dulu (mungkin sudah ganti kepemilikan).

Yang paling tragis mungkin PlasaCom. Di zamannya, PlasaCom menjadi salah satu mercusuar dunia maya. Situs ini bahkan menyediakan email gratis yang digunakan banyak orang Indonesia. Sekarang? Kolaps, sudah hilang, dan berganti nama menjadi BlanjaCom. Nasibnya serupa Friendster.

Sebelum kolaps, PlasaCom sempat mengubah diri menjadi portal semacam Line Today. Selama waktu-waktu itu, aku sempat berpikir—dan berharap—mereka mampu memperpanjang napasnya. Tapi ternyata memang tak mudah memperpanjang hidup "jiwa yang sekarat". Aku berduka untuk mereka.

Anggap saja semua situs yang kusebut tadi adalah start up, dan bermain start up artinya "membakar uang". Dan tidak ada jaminan uang yang kita bakar bisa kembali. Dalam hal ini, membangun situs termasuk start up berbiaya mahal, yang mungkin tak masuk akal bagi sebagian orang.

Aku teringat pada situs-situs kuno itu hingga menulis ocehan ini, karena tadi ngobrol sama beberapa orang terkait start up yang baru mereka luncurkan. Mereka sudah menghabiskan 400 juta (dan aku tidak yakin ini jumlah besar), hanya untuk "mengenalkan nama kami ke masyarakat".

Kalau untuk "mengenalkan diri" saja sudah menghabiskan 400 juta, berapa total uang yang telah mereka bakar, khususnya untuk membangun infrastruktur start up?

"Lebih dari empat kalinya," mereka menjawab. Dan sekali lagi aku tidak yakin itu jumlah yang besar.

Start up memang bisa dibangun dengan biaya nyaris nol, tapi jelas butuh waktu lama untuk tumbuh. Agar cepat berkembang, harus ada banyak uang yang dibakar. Tapi itu pun tidak memberi jaminan sebuah start up pasti tumbuh besar dan hidup. Situs-situs kuno bisa menjadi pelajaran.

Di luar start up, investasi apa yang terjamin menghasilkan keuntungan besar? Tergantung siapa yang kita tanya.

Robert Kiyosaki: Investasi properti
Warren Buffet: Investasi saham
Harold Hamm: Investasi minyak
Amancio Ortega: Investasi ritel pakaian
Ustad: Investasi akhirat

‏ 
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 29 April 2019.

 
;