Kamis, 20 Juni 2024

Membeli Durian

Kemarin dapat durian sangat enak. Sekarang dapat durian lagi yang lebih besar dan lebih enak. Subhanallah....

Rejeki bocah soleh? Bukan. Well, mungkin lebih tepat disebut rejeki bocah yang sering kangen mbakyunya. Apeu.

Membeli durian, bagiku, mungkin mirip judi. Kalau dapat yang tidak enak, jadi penasaran. Kalau dapat yang enak, jadi ketagihan. Kenyataannya, membeli durian memang kadang mirip judi. Kita tidak bisa yakin apakah pilihan sudah benar, dan baru tahu belakangan saat dibuka di rumah.

Kadang-kadang, kita dapat durian yang tampak bagus, dengan aroma wangi semerbak. Tapi waktu dibuka di rumah, ternyata biasa saja, bahkan ada kalanya malah busuk hingga tak bisa dimakan. Sebaliknya, kadang kita dapat durian yang "tidak meyakinkan", tapi ternyata sangat nikmat.

Ini aku ngemeng durian yang dibeli di pinggir jalan, ya. Bukan yang dijual di swalayan. Ya, di swalayan juga ada durian, dan biasanya durian montong yang sudah terkenal enak. Kalau beli durian di swalayan tidak perlu pilah-pilih, karena sudah terjamin enak. Tinggal dikilo saja.

Tapi sebagai penggemar durian, terus terang aku sudah bosan dengan durian montong, karena nikmatnya gitu-gitu aja. Ini mungkin kelebihan sekaligus kelemahan durian montong. Di satu sisi, durian montong terjamin enak. Tapi di sisi lain, enaknya bisa diprediksi bahkan bisa dihafal.

Satu dua kali menikmati durian montong pasti akan takjub dengan kenikmatannya. Tapi setelah berkali-kali, biasanya kita akan bosan, karena nikmatnya ya gitu-gitu aja. Nikmat yang bisa diprediksi. Aku bahkan hafal/bisa membayangkan kenikmatannya tanpa menyentuh wujud duriannya.

Berbeda dengan beli durian di pinggir jalan—kita tidak bisa yakin seperti apa rasa atau kenikmatannya, dan itu menjadikan aktivitas membeli serta menikmati durian lebih menyenangkan. Ada yang nikmat, ada yang hambar, ada yang nikmaaaaat banget, ada juga yang nikmat campur pedes.

Bahkan sama-sama nikmat pun, durian di pinggir jalan memiliki sensasi kenikmatan berbeda, karena memang berasal dari induk (tempat dan pohon) yang berbeda. Bisa jadi, inilah yang membuat banyak orang terus ketagihan membeli durian di pinggir jalan. Termasuk aku, tentu saja.

Rasa durian yang biasanya paling diburu para penggemar durian adalah "nikmat campur pedes". (Istilah pedes terkait hal ini mungkin kurang tepat, tapi sepertinya tidak/belum ada istilah lain yang lebih bisa mewakili). Intinya, nikmat campur pedes adalah puncak kenikmatan durian.

Bagaimana menemukan durian yang enak? Ini bisa menjadi hal yang gampang-gampang susah, dan membutuhkan pengalaman. Kalau masih pemula, pertama pastikan durian yang akan dibeli punya kulit yang mulus tanpa noda kehitaman. Kedua, dekatkan ke hidung, dan pastikan aroma/wanginya.

Berdasarkan pengalaman, dua hal itu bisa menjadi cara sederhana untuk mengenali durian yang nikmat. Jika kurang yakin, minta si penjual membuka kulitnya sedikit, hingga wanginya jelas tercium. Kalau perlu, sentuh daging durian, dan pastikan benar-benar lembut dan emesssshh. Apeu.

Saran lain, dan bisa jadi ini saran penting, belilah durian di tempat yang cukup terang, agar tidak mengalami nasib buruk seperti yang kualami berikut ini:

Penjual Durian yang Tidak Mencerminkan Registrasi » https://bit.ly/2UJYdED 

Well, selamat menikmati durian, kalau suka!


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 17 April 2019.

 
;